Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Garut, Banyak Penghuni Rumah Bilik yang Idap TBC

Kompas.com - 29/01/2020, 19:45 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di Kabupaten Garut, Jawa Barat, banyak penghuni bilik bambu yang mengidap tuberkulosis (TB/TBC). Mayoritas dari mereka tinggal di pemukiman padat.

Kepala Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung, drg Maya Marinda Mintain MKes, mengatakan bahwa di Kabupaten Garut orang yang paling bersiko terkena TBC adalah mereka yang tinggal di rumah bilik.

Namun, ia menegaskan bahwa TBC bukan hadir dari bilik bambu sebagai rumahnya. Melainkan usia atau lamanya bangunan bilik tersebut sehingga menimbulkan kelembapan di dalamnya.

"Bukan rumah biliknya, tapi karena kan dia (rumah-rumah penduduk itu) dempet-dempet banget rumah dan sekatnya itu juga dari bilik," kata Maya dalam acara Forum Grup Discussion (FGD) Penanggulangan TBC di Kabupaten Garut, Selasa (28/1/2020).

Dengan usia bilik yang tua dan lembap, jumlah sinar matahari yang masuk ke dalam rumah pun sedikit. Hal itu menyebabkan organisme jahat sangat mudah untuk berkembang biak.

Baca juga: Penanganan TBC Jadi Masalah Berat hingga Sekarang

Hingga saat ini, ada sekitar 70.000 rumah yang tidak layak huni di Kabupaten Garut dan sebagian besarnya terbuat dari bilik bambu. Kondisi ini membuat cahaya matahari sulit masuk rumah.

Banyak pula rumah terbuat dari bilik bambu yang sudah berusia lanjut. Bakteri yang dihirup setiap hari oleh penghuninya dapat menyebabkan penyakit seperti tuberkulosis (TB).

Maya mencontohkan, ada rumah seorang warga bernama Nurdin di Kecamatan Kota Waten. Ia baru saja mendapatkan bantuan renovasi rumah dengan ukuran 6 x 1,8 meter.

Nurdin didiagnosa menderita TBC karena kondisi rumahnya yang lembap, sempit, tidak ada pertukaran udara yang masuk maupun cahaya yang masuk ke dalam rumah.

Jumlah penghuni beserta barangnya pun tidak sesuai dengan ukuran rumah tersebut. Setelah sebulan dari diagnosa, Istri Nurdin juga menderita penyakit TBC.

"Kalo rumah Pak Nurdin itu tanahnya kalo nggak salah kalo yang saya lihat itu satu tanah keluarga. Nah itu di sekat-sekat, nah sekat-sekat antara itu dikasih bilik-bilik tadinya," tuturnya.

Baca juga: Perencanaan Global Diharapkan Akhiri Epidemi TBC pada 2030

Padahal, kata Maya, cahaya matahari dapat mematikan kuman-kuman jahat penyebab penyakit TBC seperti Mycobacterium tuberculosis. Sementara itu, TBC sangat mudah ditularkan dan menular ke orang-orang disekitarnya melalui udara, bicara, batuk atau bersin.

Rumah yang kurang pencahayaan serta terlalu padat barang akan membuat bakteri berkumpul. Bakteri tidak bisa mati atau keluar karena minimnya sirkulasi udara serta cahaya matahari.

"Bilik kan tidak bisa dibuat jendela, nah itu yang menyebabkan tidak ada sirkulasi udara dan memang kiri kanannya sudah rumah tetangganya. Ttidak ada cahaya, tidak ada jendela," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau