Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fosil Pencernaan 550 Juta Tahun, Ungkap Misteri Struktur Hewan Purba

Kompas.com - 21/01/2020, 08:33 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sumber Futurity

KOMPAS.com - Sejak 540 juta tahun yang lalu, struktur hewan yang ada di Bumi termasuk organisme laut telah berubah dramatis.

Berubah drastis maksudnya sama sekali berbeda dengan struktur hewan yang ada pada tahun-tahun sebelum itu.

Selama bertahun-tahun pula para ilmuwan tidak tahu bagaimana struktur tubuh nenek moyang dari banyak kelompok hewan modern yang kita kenal saat ini.

Oleh sebab itu, para ilmuwan terus mencari tahu bagaimana hubungan antara hewan yang hidup sebelum 540 juta tahun lalu dan sesudahnya. Mereka ingin melihat perbedaan struktur tubuh dua kelompok itu.

Baca juga: Jaga Bumi, LIPI Tawarkan Konversi Biomassa Ganti Bahan Bakar Fosil

Fosil tubular (saluran pencernaan berusia 550 juta tahun)

Berkat adanya fosil tubular, atau saluran pencernaan berusia 550 juta tahun, peneliti dapat menganalisis bagaimana saluran pencernaan milik makhluk hidup di masa lalu.

Fosil tabulan ini merupakan struktur fosil anatomi internal tertua yang diketahui.

Tidak hanya itu, analisis ini juga mengungkapkan apa yang dicari oleh para ilmuwan, yaitu tentang bagaimana hewan-hewan saat ini ada atau terhubung dengan struktur hewan sebelumnya.

"Tidak hanya struktur ini yang merupakan fosil tertua yang ditemukan, tetapi fosil ini dapat membantu menyelesaikan posisi evolusi yang telah lama diperdebatkan dari kelompok fosil penting ini," kata Jim Schiffbauer, seorang profesor ilmu geologi di University of Missouri sekaligus direktur Fasilitas Inti Mikroanalisis X-ray.

Jim juga mengatakan bahwa fosil-fosil ini cocok dengan kelompok organisme yang sangat dikenal yaitu cloudinid, yang digunakan oleh para ilmuwan untuk mengidentifikasi 10 hingga 15 juta tahun terakhir dari periode Ediacaran, atau periode waktu sebelum Ledakan Kambrium.

Untuk diketahui, ledakan kambrium secara luas dianggap oleh para ilmuwan sebagai titik dalam sejarah kehidupan di Bumi, yaitu ketika adanya nenek moyang banyak kelompok hewan yang kita kenal sekarang ini.

"Kita sekarang dapat mengatakan bahwa struktur anatomi mereka tampak jauh lebih mirip daripada karang," ujarnya seperti dilansir Futurity, Selasa (14/1/2020).

Bagaimana penelitian fosil tua ini dilakukan?

Dalam penelitian yang dilakukan tersebut, para ilmuwan menggunakan mikro-CT untuk membuat gambar 3D digital fosil.

Teknik ini memungkinkan para ilmuwan untuk melihat apa yang ada di dalam struktur fosil tanpa merusaknya.

"Dengan pencitraan (mikro) CT, kami dapat dengan cepat menilai fitur internal utama dan kemudian menganalisis seluruh fosil tanpa berpotensi merusaknya," kata Tara Selly, asisten peneliti profesor di Departemen Ilmu Geologi, sekaligus asisten direktur fasilitas X-ray Microanalysis Core.

Baca juga: Fosil Udang Koma Berusia 90 Juta Tahun Ditemukan di Amerika Selatan

Penelitian ini diterbitkan di Nature Communications.

Selain Jim dan Tara, penulis lainnya dalam penelitian ini berasal dari University of Missouri; Universitas Swarthmore; Universitas Nevada, Las Vegas; Universitas Northwest di Xi'an, Cina; dan Universitas Johns Hopkins.

Serta, pendanaannya berasal dari NSF Sedimentary Geology and Paleobiology Program dan Program Instrumentasi dan Fasilitas. Meskipun isi dalam penelitian atau studi, merupakan tanggungjawab dan kemandirian dari para penulis tersebut, serta tidak selalu mewakili pandangan resmi dari sumber pendanaan yang ada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Futurity
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com