KOMPAS.COM - Pada 2019, peningkatan panas laut di dunia memecahkan rekor baru. Di sisi lain, hal ini menunjukkan bahwa bumi kita juga sedang mempercepat laju pemanasan.
Sebuah analisis baru mengungkapkan bahwa lima tahun terakhir merupakan deretan tahun terhangat bagi lautan.
Peningkatan jumlah panas pada lautan setara dengan setiap penduduk bumi menggunakan 100 microwave oven sepanjang hari dan sepanjang malam.
Namun, mengapa panasnya lautan menjadi tolak ukur dari keadaan darurat iklim?
Baca juga: Dampak Perubahan Iklim, Tanaman Tumbuh di Zona Tinggi Himalaya
Hal ini dikarenakan lautan dunia menyerap lebih dari 90 persen panas yang terperangkap oleh gas rumah kaca yang dipancarkan dari pembakaran bahan bakar fosil, perusakan hutan, dan aktivitas manusia lainnya.
Akibatnya, lautan yang lebih panas akan menimbulkan badai yang lebih parah dan mengganggu siklus air sehingga dapat memperbanyak banjir, kekeringan, kebakaran hutan, serta kenaikan permukaan laut yang tidak bisa terhindarkan.
Temperatur yang lebih tinggi juga dapat membahayakan kehidupan di laut karena jumlah gelombang laut akan meningkat tajam.
Ukuran paling umum dari pemanasan global adalah suhu udara permukaan rata-rata, karena di sinilah orang hidup.
Namun, fenomena iklim alami seperti peristiwa El Nino bisa sangat bervariasi dari tahun ke tahun.
Dalam studinya, Prof John Abraham di University of St Thomas, di Minnesota, AS mengatakan bahwa lautan dapat memberi tahu seberapa bumi akan memanas.
"Dengan menggunakan lautan, kita melihat laju pemanasan planet Bumi yang berkelanjutan, tidak terputus dan semakin cepat. Ini berita buruk," ujarnya seperti dilansir The Guardian, Senin (13/01/2020).
Menurut Prof Michael Mann, di Penn State Universitas, AS, ia menjelaskan bahwa tahun 2019 bukan hanya menjadi tahun terpanas dalam catatan.
"Itu menampilkan peningkatan (panas) satu tahun terbesar dalam seluruh dekade, sebuah peringatan serius bahwa pemanasan yang disebabkan manusia pada planet kita terus berlanjut," ujar Mann.
Dalam jurnal Advances in Atmospheric Sciences, terdapat analisis yang menggunakan data lautan dari setiap sumber yang tersedia.
Sebagian besar data berasal dari 3.800 yang melayang di perairan bebas Argo dan tersebar di samudera. Selain itu, juga didapat tetap dari bathythermographs, mirip torpedo yang dijatuhkan dari kapal di masa lalu.