Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/01/2020, 17:53 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Nadya dan Nabila memang terpisah selama 16 tahun. Namun diketahui, mereka memiliki fobia yang sama yaitu globophobia alias fobia balon.

Selain itu, diketahui mereka juga punya kebiasaan yang sama yaitu mengunyah es batu. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Dokter Spesialis Kejiwaan dr Dharmawan Ardi Purnama Sp.KJ mengatakan bahwa fobia dan kepribadian memang merupakan turunan genetik.

“Mereka kan kembar identik, berasal dari satu sel telur, berarti kemungkinan untuk (fobia yang) sama memang lebih besar dibanding anak kembar tidak identik,” tutur dr Dharmawan kepada Kompas.com, Selasa (14/1/2020).

Baca juga: Berkaca dari Nadya-Nabila, Ini 6 Fakta Unik Anak Kembar

Dalam buku Evolutionary Psychology, lanjut dr Dharmawan, fobia juga diturunkan lewat spesies secara keseluruhan. Ia mencontohkan, monyet jijik dengan ular.

“Hal itu tidak usah dipelajari, sudah merupakan bawaan genetik. Anak monyet tidak perlu punya pengalaman sebelumnya, dia otomatis saja jijik (dengan ular),” tambahnya.

Besar kemungkinan anak kembar identik memiliki fobia atau karakteristik yang sama. 

“Tidak 100 persen (kemungkinannya) namun ada sifat penurunan gen secara acak. Antara dari orangtua, atau dari kakek dan nenek,” tambahnya.

Ilustrasi es batuMaridav Ilustrasi es batu

Kebiasaan mengunyah es batu

Nadya dan Nabila juga memiliki kebiasaan yang sama, yaitu mengunyah es batu. dr Dharmawan mengatakan, hal itu merupakan kebiasaan yang turun dari “sensasi”.

“Dalam buku Evolutionary Psychology juga dijabarkan, setiap orang membawa preferensi makanan sesuai kode genetik yang terekspresi. Selama bertahun-tahun mengonsumsi suatu makanan, maka orang tersebut punya preferensi bawaan,” tuturnya.

Baca juga: Pertemuan Nadya Nabila, Kenapa Kisah Mereka Sukses Membuat Haru?

Kebiasaan yang dimaksud dr Dharmawan adalah sensasi nyaman atau nikmat dengan dingin dan tekstur es batu.

“Jika mereka ke luar negeri misalnya, bisa saja mengganti es batu dengan benda lain yang menimbulkan sensasi yang sama,” tambahnya.

Tiga rasa dominan yang diturunkan lewat genetik adalah manis, manis-asin, dan umami.

“Orang Jawa misalnya, lebih suka makanan manis. Karena kebiaasan sehingga terkode genetik. Genetik lalu diturunkan, tinggal bisa mengeskpresikannya atau tidak,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com