KOMPAS.com - Ilmuwan mengumumkan molekul air pada permukaan Planet Mars secara tiba-tiba lenyap. Penelitian sebelumnya mengira proses tersebut tidak akan terjadi secepat ini.
Melansir The Independent, penemuan ini belum lama ini dipublikasikan dalam jurnal Science.
Proses menghilangnya molekul air pada permukaan Planet Mars tersebut terjadi lebih cepat dari pemahaman selama ini.
Hal itu tidak sejalan dengan pengamatan sebelumnya yang memperkirakan proses itu seharusnya dapat terjadi di masa yang akan datang.
Baca juga: Studi: Ada Sistem Aliran Air Aktif di Planet Mars
Proses hilangnya air berlangsung secara bertahap. Ketika sinar matahari dan proses kimia mengubah molekul air menjadi atom-atom hidrogen dan oksigen.
Saat proses pecahnya molekul itu, gravitasi planet merah ini tidak mampu menahan molekul air dan kemudian menghilang di ruang angkasa.
Kecepatan proses tersebut menunjukkan Planet Mars dapat kehilangan molekul airnya lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Pada penelitian sebelumnya, planet ini pernah dibanjiri air yang mengalir. Sebagian besar air telah lenyap dalam sejarah terbarunya.
Penemuan tersebut ditemukan menggunakan probe Trace Gas Orbiter.
Alat itu dikirim ke Planet mars di atas kapal misi ExoMars oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) dan mitranya dari Russia Roscosmos.
Alih-alih permukaan Mars tetap seperti yang diharapkan, sample air sedang dibawa dalam proporsi yang jauh lebih besar.
Diproyeksikan ke ketinggian lebih dari 80 kilometer, namun tergantung di atmosfer planet.
Dalam makalah yang baru diamati, para peneliti menilai secara teori sangat mungkin atmosfer Planet Mars mengandung uap air hingga 100 kali lebih banyak dari yang seharusnya.
Ketika musim panas dan badai terjadi di planet merah ini, air juga mampu menghilang.
Saat ini, sebagian besar wilayah di Planet Mars cenderung kering, namun ada air pada lapisan es yang membeku.