Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Jupiter Lemparkan Komet ke Bumi, Kita Punah seperti Dinosaurus

Kompas.com - 10/01/2020, 17:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa astronom percaya bahwa Jupiter, bukannya melindungi Bumi dari komet dan asteroid berbahaya, justru melemparkan benda-benda langit ke tata surya bagian dalam.

Sebuah teori populer yaitu teori Jupiter Shield, menunjukkan bahwa dengan massa yang luar biasa, Jupiter bertindak seperti perisai raksasa di ruang angkasa. Planet tersebut menghisap atau menangkis puing-puing bebahaya yang tersisa dari pembentukan tata surya.

Meskipun masuk akal, tetapi selama dua dekade terakhir teori ini sudah dikesampingkan. Kevin Grazier dari West Point US Military Academy dan NASA adalah salah satu orang yang menyanggah teori ini.

Pada 2008, Grazier telah menerbitkan jurnal yang berisi Jupiter bukanlah menjadi pelindung Bumi, melainkan secara tidak langsung menjadi ancaman berbahaya.

Baca juga: Misteri Lingkaran Hitam di Permukaan Jupiter, Ternyata Bayangan Bulan

Dalam tulisan Grazier yang diterbitkan di Astronomical Journal pada 2018 dan royal Astronomical Journal pada 2019, ia membahas cara-cara rumit objek-objek di tata surya bagian luar dipengaruhi oleh planet-planet Jovian, yaitu Jupiter, Saturnus, Neptunus dan Uranus.

Serta, terdapat juga pembahasan mengenai patikel tubuh es dan bagaimana mereka ditransformasikan oleh Jupiter menjadi komet yang berpotensi mematikan.

Tulisan yang dibuat oleh Grazier perlahan menggeser teori populer tentang teori Jupiter Shield. Meskipun, diakui Grazier, teori Jupiter Shield tidak dapat disalahkan sepenuhnya. Jupiter atau bahkan Saturnus sebagai raksasa gas masih bertindak sebagai perisai atau pelindung.

Benda yang ditemukan di tata surya luar, itu cerita yang berbeda. Sementara itu, astronom dari University of Southern Queensland, Jonti Horner, salah satu penulis dari kedua studi tersebut, mengatakan bahwa Jupiter melakukan peran ganda.

Peran ganda tersebut yaitu menjadi perisai yang membersihkan ruang di dekat planet Bumi, di sisi lain juga melemparkan benda langit ke jalan dekat Bumi yang berarti juga sebuah ancaman.

"Untuk mengetahui sisi mana yang lebih penting, apakah Jupiter benar-benar teman atau musuh Bumi, perlu melihatnya secara detail," kata Horner.

Model simulasi penelitian

Dalam makalahnya, Grazier menyajikan model-model baru yang menunjukkan proses astrofisika kompleks yang diperlukan untuk mengubah benda langit yang jauh menjadi ancaman lokal.

Bekerja dengan kolaborator dari Jet Propulsion Laboratory NASA dan University of Southern Queensland, Grazier menunjukkan bagaimana Centaur atau sekelompok benda sedingin es di orbit di luar Jupiter dan Neptunus, ditransformasikan oleh Jupiter menjadi komet yang berpotensi mengancam Bumi, khususnya kumpulan benda yang dikenal sebagai Komet Keluarga Jupiter.

Foto awan Jupiter Foto awan Jupiter

Dengan menggunakan sebuah simulasi, para peneliti menemukan bahwa obyek Centaur dan Komet Keluarga Jupiter tidak jauh berbeda. Obyek-obyek ini berevolusi di bawah pengaruh gravitasi planet Jovian (Jupiter, Saturnus, Neptunus dan Uranus), dan objek dapat bergerak di antara tiga klasifikasi dinamis berkali-kali selama masa hidup objek-objek itu.

Para peneliti menggunakan alat Jet Propulsion Lab. Mereka mensimulasikan posisi planet Jovian pada suatu titik waktu tertentu. Kesenjangan antara planet-planet ini, menempatkan partikel tubuh es yang ditempatkan di orbit acak.

Model simulasi ini menegaskan hipotesis lama terkait Centaur diberi makan oleh disket yang tersebar, dan parahnya juga terlihat bagaimanan Jupiter Comet (JFCs) dilahirkan.

Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Bukan Air, Hujan di Jupiter dan Saturnus Berupa Berlian

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau