KOMPAS.com - Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar kata hujan? Pasti pikiran kita akan tertuju air yang jatuh dari langit, bukan?
Namun, lain cerita dengan hujan di planet Jupiter dan Saturnus. Hujan di kedua planet itu bukan berupa air tapi berlian.
Ya, batu mulia yang berharga mahal itu menyelimuti langit Jupiter dan Saturnus. Hal ini disampaikan oleh Dr Kevin Baines, salah satu peneliti Badan Antariksa AS (NASA).
Menurut analisis Baines dan koleganya, data atmosfer dari kedua planet gas raksasa itu menunjukkan tingkat karbon yang berlimpah dalam bentuk kristal.
Baca juga: Jupiter Akan Berbalik Arah, Apakah Ada Efek Bagi Bumi?
Bahkan, beberapa "awan" kristal itu tumbuh begitu besar hingga Baines menyebutnya sebagai diamondberg.
Berlian terbentuk dalam proses yang cukup panjang. Mulanya, badai petir mengubah metana menjadi karbon yang mengeras menjadi potongan grafit.
Ketika memasuki atmosfer Saturnus maupun Jupiter, grafit tersebut mengeras menjadi permata.
Menurut Baines, 1.000 ton berlian per tahun yang dibuat oleh planet Saturnus.
Berlian padat ini kemudian masuk lebih jauh di kedalaman planet hingga mereka sangat dekat dengan cairan inti.
Tak seperti di Bumi, cairan inti Jupiter dan Saturnus dianggap lebih panas. Hal ini membuat berlian tadi menjadi cair.
"Begitu turun ke kedalaman ekstrem, tekanan dan suhunya sangat mengerikan, tidak mungkin berlian bisa tetap solid," ujar Baines.
Satu kemungkinan yang terjadi di inti kedua planet itu adalah terjadinya "lautan" berlian cair.
Hal ini memunculkan ide untuk menambang berlian di kedua planet itu lalu dibawa pulang ke Bumi. Namun, rencana ini masih sangat jauh untuk diwujudkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.