Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Temuan Telur Tercemar Dioksin, Kita Tak Perlu Lebay Menanggapinya

Kompas.com - 02/12/2019, 11:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Arif Nur Muhammad Ansori


BARU-baru ini sebuah riset kolaborasi dari Jaringan Eliminasi Polutan Internasional (IPEN) menyampaikan kesimpulan yang mengejutkan sekaligus mencemaskan: konsentrasi dioksin dalam telur ayam kampung dari sebuah desa di Sidoarjo, Jawa Timur, adalah salah satu yang tertinggi di Asia.

Penyebabnya, pakan ayam yang berceceran di tanah desa tersebut tercemar oleh racun berbahaya dari pembakaran sampah plastik yang dilakukan oleh puluhan pabrik tahu di desa tersebut selama bertahun-tahun. Sampah plastik itu merupakan impor dari berbagai negara maju.

Kandungan dioksin pada sampel telur yang diambil dari Desa Tropodo, Waru, Sidoarjo itu mencapai 200 pg TEQ g-1 lemak atau 70 kali lebih tinggi dari batas keselamatan yang ditetapkan Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA).

Kita seharusnya tidak perlu menyikapi hasil riset IPEN secara berlebihan karena riset tersebut mengambil sampel dalam jumlah yang terbatas dan tidak mewakili kondisi secara keseluruhan kondisi telur di Jawa Timur.

Yang penting dilakukan adalah menjadikan riset tersebut sebagai studi awal dan peringatan dini tentang sejauh mana dioksin atau senyawa berbahaya lainnya sebenarnya sudah sangat dekat dengan lingkungan kita.

Masalah utamanya berasal dari lemahnya pengawasan dan ketidaktegasan pemerintah menegakkan regulasi terkait pengendalian bahan berbahaya dan beracun.

Tak perlu “digebyah-uyah”

Sebelum temuan di Sidoarjo, tingkat pencemaran dioksin tertinggi yang pernah tercatat di Asia adalah paparan dioksin di tanah di Bien Hoa, Vietnam, sebesar 248 pg TEQ g-1 lemak. Lebih dari 70 juta liter Agen Oranye disemprotkan oleh pasukan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam untuk menundukkan pasukan Vietnam Utara pada 1960-an.

Racun ini merusak jutaan hektare tanaman di sana dan dikaitkan penyakit mematikan seperti kanker dan cacat bawaan pada kehamilan setelah perang berakhir.

Dioksin yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada kulit, gangguan reproduksi hingga ancaman kanker.

Dalam kasus di Sidoarjo, dioksin dapat masuk pada tubuh ayam kampung dan ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi pada telur akibat dari tidak diterapkannya sistem manajemen budidaya dan keamanan biologi yang baik oleh pemilik ayam di kawasan terdampak.

Di bawah sistem manajemen budidaya yang baik, pemilik peternakan akan dapat mengontrol ketat pakan hewan ternaknya. Mereka juga tidak melepasliarkan ayamnya.

Sebagian besar telur yang diproduksi di Jawa Timur berasal dari peternakan yang menerapkan manajemen budidaya ternak yang baik.

Penghasil telur terbesar untuk daerah Jawa Timur adalah Blitar, yang menyumbang 70% dari sekitar 500 juta kilogram telur yang diproduksi provinsi ini pada 2018. Dari 500 juta kilogram tersebut, telur ayam ras (broiler) mendominasi dengan lebih dari 450 juta kg dan telur ayam kampung hampir 21 juta kg.

Blitar juga terkenal dengan manajemen budidaya ternak ayam yang baik. Selain itu, pemerintah daerah juga memberikan dukungan penuh para peternak ayam petelur di Blitar melalui program-program pemerintah daerah. Oleh karena itu, kita tidak perlu berlebihan dalam menyikapi hasil riset dari IPEN.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com