KOMPAS.com - Instagram akan memulai uji coba penghitungan "like" (sukai) secara global, termasuk Indonesia.
Dilansir dari Kompas.com, Jumat (15/11/2019); CEO Instagram Adam Mosseri menyebut langkah ini diambil perusahaannya untuk mengurangi tingkat kecemasan dan komparasi sosial, serta melindungi kesehatan mental penggunanya.
Namun, benarkah menyembunyikan like bisa mengurangi tingkat kecemasan dan komparasi sosial, bahkan meningkatkan kesehatan mental penggunanya?
Dilansir dari Medscape, Kamis (14/11/2019); sebuah survei pada tahun 2017 terhadap 790 remaja Amerika Serikat melaporkan bahwa media sosial bisa memiliki dampak positif dan negatif.
Baca juga: 5 Efek Negatif Media Sosial terhadap Kesehatan Mental
78 persen melaporkan bahwa media sosial membuat mereka lebih dekat dengan temannya, 49 persen mendapat lebih banyak informasi dari media sosial dan 42 persen membantu menghubungkan mereka dengan keluarga.
Namun, 15 persen melaporkan merasa tertekan untuk selalu menunjukkan versi terbaik dirinya di medsos, 10 persen merasa kelebihan informasi dan 9 persen merasa cemas kalau ketinggalan informasi (FOMO).
Survei juga menunjukkan bahwa 58 persen pernah berhenti dari setidaknya satu jenis media sosial.
Sue Varma, MD, seorang psikiatris dan clinical assistant professor di NYU Langone Medical Center in New York City, berkata bahwa bagi orang dewasa, media sosial bisa menjadi tantangan. Apalagi bagi remaja yang otaknya dan citera dirinya masih berkembang.
"Remaja tidak seharusnya mengkhawatirkan nilai dirinya, di dunia nyata maupun di dunia siber. Biarkan media sosial menjadi tempat berekspresi, berkreasi dan berkoneksi, bukan berkompetisi," ujarnya.
Dia mengakui bahwa kompetisi dan perbandingan sosial sudah ada sejak dulu dan akan selalu ada, tetapi internet dan media sosial telah membuat fenomena ini semakin luas.
Fitur likes, ujarnya mencontohkan, sengaja didesain untuk membuat otak selalu membutuhkannya dan menjadi pecandu media sosial.
Baca juga: Kenapa Kita Suka Membandingkan Diri dengan Orang Lain di Media Sosial?
Itulah sebabnya, Varma sangat mendukung langkah Instagram untuk menyembunyikan likes. Dia bahkan berharap agar langkah ini diikuti oleh media sosial lainnya.
Vinu Ilakkuvan, DrPH dari George Washington University yang mempelajari kaitan risiko kesehatan dan media sosial juga sependapat.
Dia berkata bahwa platform media sosial memang harus membuat perubahan-perubahan dan menindaklanjutinya. Apabila perubahan dirasa membantu kesehatan mental, perubahan itu seharusnya diperluas ke platform-platform lainnya.
Akan tetapi, tidak semua ahli puas dengan langkah Instagram.