KOMPAS.com - Berbagai inovasi muncul guna menjawab tantangan global yang membutuhkan teknologi di era digitalisasi seperti ini, tak terkecuali sektor kesehatan.
Selama ini pelayanan kesehatan di sebuah rumah sakit ataupun klinik, memiliki banyak kendala yang membuat kinerja tenaga medis kurang efektif dan efisien, sehingga juga berpengaruh kepada pasien yang ditangani.
Menurut Philips Indonesia, layanan medis di Indonesia pada umumnya mencatat segala administrasi pemberkasan mengenai pasien.
Selanjutnya, dalam pengecekan atau krontol terhadap pasien di ruang ICU maupun rawat inap, juga melalui cara manual dengan mencatat informasi secara detail beserta grafik berwarna.
Masih menurut Philips Indonesia, segala sesuatu yang sifatnya manual itu harus dipangkas agar tidak banyak waktu yang terbuang, sehingga penanganan pada pasien lebih fokus. Dengan teknologi terbarukan, mereka percaya dapat mencegah kematian karena salah penanganan.
Baca juga: Perdana di Indonesia, RS di Bali Terapkan Sistem Teknologi Perawatan Terintegrasi
Philips Indonesia yang juga fokus kepada perangkat kesehatan, telah mengimplementasikan Phillips ICCA dan IGS pertama di Indonesia di Rumah Sakit Kasih Ibu, Bali.
Dijelaskan oleh Presiden Direktur Philips Indonesia, Pim Preesman, bahwa IntelliSpace Critical Care and Anesthesia (ICCA) dipergunakan untuk di ruang ICU dan Philips IntelliVue Guardian Solution (IGS) dipergunakan di bangsal penginapan, sebagai bagian dari solusi perawatan terkoneksi (connected care).
"Tujuan utamanya untuk memastikan kelancaran perawatan dan alur Informasi yang lebih tepat waktu antara pasien dan tenaga profesional kesehatan sebagai pihak yang menyediakan perawatan," kata Pim dalam acara dalam acara bertajuk perkenalan situs referensi pertama Philips iGS dan ICCA di Indonesia, Bali (30/10/2019).
ICCA dipergunakan di ICU, karena perawatan akut paling banyak diasosiasikan dengan jumlah kesalahan medis tertinggi di sana.
Bahkan, hampir semua pasien ICU berpotensi terancam keselamatan jiwanya selama masa perawatan mencapai 78 persen akibat kesalahan medis yang serius.
Pengambilan keputusan dan diagnosis juga lebih sulit dalam perawatan kritis karena kerentanan pasien yang dapat memiliki komorbiditas dan kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
Sementara dengan memanfaatkan algoritma pintar dan analitik untuk memprediksi tren, semua teknologi di atas termasuk IGS akan membantu dokter memprediksi penurunan kondisi fisik pasien, memberitahu perawat ,dan memungkinkan intervensi medis tepat waktu dalam memprioritaskan perawatan pasien.
"Solusi dari kami ini juga akan sangat memungkinkan perawat dapat lebih cepat mengidentifikasi dan memberikan respons proaktif secara efisien kepada pasien yang kondisinya memburuk di bangsal rumah sakit," ujarnya.
Sehingga hal ini akan membantu mengurangi risiko tidak terdeteksinya tanda-tanda penurunan kondisi fisik pasien, meningkatkan perawatan dan efisiensi manajemen pasien, serta alur kerja klinis.
Karena lebih dari 275 juta pasien dimonitor menggunakan perangkat pemantau pasien ini setiap tahun.