Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama di Indonesia, RS Bali Gunakan Sistem Peringatan IGS dan ICCA

Kompas.com - 01/11/2019, 13:16 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berbagai inovasi muncul guna menjawab tantangan global yang membutuhkan teknologi di era digitalisasi seperti ini, tak terkecuali sektor kesehatan.

Selama ini pelayanan kesehatan di sebuah rumah sakit ataupun klinik, memiliki banyak kendala yang membuat kinerja tenaga medis kurang efektif dan efisien, sehingga juga berpengaruh kepada pasien yang ditangani.

Menurut Philips Indonesia, layanan medis di Indonesia pada umumnya mencatat segala administrasi pemberkasan mengenai pasien.

Selanjutnya, dalam pengecekan atau krontol terhadap pasien di ruang ICU maupun rawat inap, juga melalui cara manual dengan mencatat informasi secara detail beserta grafik berwarna.

Masih menurut Philips Indonesia, segala sesuatu yang sifatnya manual itu harus dipangkas agar tidak banyak waktu yang terbuang, sehingga penanganan pada pasien lebih fokus. Dengan teknologi terbarukan, mereka percaya dapat mencegah kematian karena salah penanganan.

Baca juga: Perdana di Indonesia, RS di Bali Terapkan Sistem Teknologi Perawatan Terintegrasi

Philips Indonesia yang juga fokus kepada perangkat kesehatan, telah mengimplementasikan Phillips ICCA dan IGS pertama di Indonesia di Rumah Sakit Kasih Ibu, Bali.

Dijelaskan oleh Presiden Direktur Philips Indonesia, Pim Preesman, bahwa IntelliSpace Critical Care and Anesthesia (ICCA) dipergunakan untuk di ruang ICU dan Philips IntelliVue Guardian Solution (IGS) dipergunakan di bangsal penginapan, sebagai bagian dari solusi perawatan terkoneksi (connected care).

"Tujuan utamanya untuk memastikan kelancaran perawatan dan alur Informasi yang lebih tepat waktu antara pasien dan tenaga profesional kesehatan sebagai pihak yang menyediakan perawatan," kata Pim dalam acara dalam acara bertajuk perkenalan situs referensi pertama Philips iGS dan ICCA di Indonesia, Bali (30/10/2019).

ICCA dipergunakan di ICU, karena perawatan akut paling banyak diasosiasikan dengan jumlah kesalahan medis tertinggi di sana.

Bahkan, hampir semua pasien ICU berpotensi terancam keselamatan jiwanya selama masa perawatan mencapai 78 persen akibat kesalahan medis yang serius.

Pengambilan keputusan dan diagnosis juga lebih sulit dalam perawatan kritis karena kerentanan pasien yang dapat memiliki komorbiditas dan kondisinya dapat memburuk dengan cepat.

Sementara dengan memanfaatkan algoritma pintar dan analitik untuk memprediksi tren, semua teknologi di atas termasuk IGS akan membantu dokter memprediksi penurunan kondisi fisik pasien, memberitahu perawat ,dan memungkinkan intervensi medis tepat waktu dalam memprioritaskan perawatan pasien.

"Solusi dari kami ini juga akan sangat memungkinkan perawat dapat lebih cepat mengidentifikasi dan memberikan respons proaktif secara efisien kepada pasien yang kondisinya memburuk di bangsal rumah sakit," ujarnya.

Sehingga hal ini akan membantu mengurangi risiko tidak terdeteksinya tanda-tanda penurunan kondisi fisik pasien, meningkatkan perawatan dan efisiensi manajemen pasien, serta alur kerja klinis.

Karena lebih dari 275 juta pasien dimonitor menggunakan perangkat pemantau pasien ini setiap tahun.

Tanda-tanda vital yang tidak normal maupun indikasi lain dari ketidakstabilan kondisi pasien biasanya terjadi 8 hingga 12 jam sebelum kondisi berubah kritis.

Penggunaan teknologi IGS, sistem peringatan awal atau early warning scoring system (EWS) dan sistem alur kerja klinis dari Philips memungkinkan dokter menerima informasi untuk membantu mengidentifikasi tanda peringatan yang samar pada penurunan kondisi fisik pasien sehingga dapat dilakukan intervensi medis dengan tepat waktu.

Baca juga: Bali Bisa Jadi Destinasi Wisata Kesehatan Indonesia, Ini Alasannya...

"Selain mencegah dari meningkatnya angka kematian disebabkan lambatnya penanganan, teknologi ini juga akan mampu menekan cos perawatan pasien, serta efektif dan efisiennya kinerja tenaga medis di rumah sakit," tuturnya.

"Kedua solusi yang diterapkan bersama ini akan membentuk tulang punggung digital bagi Rumah Sakit Kasih Ibu dan membantunya meningkatkan hasil akhir dan pengalaman pasien dengan biaya lebih rendah dan kepuasan tenaga profesional kesehatan," imbuhnya.

Solusi tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan terhubung dengan EMR (electronic medical record/rekam medis elektronik) untuk membantu rumah sakit meningkatkan efisiensi organisasi dan investasi infrastruktur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com