KOMPAS.com - Ketika berbicara kanker, kata kunci yang sering disebut-sebut para ahli adalah deteksi dini. Namun, yang pertanyaannya adalah mengapa melakukan deteksi dini dianggap sebagai cara terbaik untuk menangani kanker?
Ketua Yayasan Kanker Indonesia, Profesor DR Dr Aru W Sudoyo SpPD KHOM FINASIM FACP, dalam acara Patient Journey in Oncology Total Solution yang diadakan oleh PT Kalbe Farma Tbk di Bogor beberapa waktu lalu, bekata bahwa pada dasarnya, penyakit kanker bukan sebuah penyakit yang bisa datang secara tiba-tiba.
Kanker terjadi setelah melalui proses panjang di dalam tubuh, sehingga deteksi dini bisa secara drastis meningkatkan angka harapan hidup penderita.
“Menemukan kanker pada tahapan stadium dini atau awal. Kanker itu terjadi membutuhkan waktu lama, tidak mendadak, atau butuh waktu yang amat panjang, baru terjadi hasil diagnosis yang namanya kanker di tubuh seseorang itu,” kata Aru.
Baca juga: Kisah Rika Marwadi Berani Bangkit dan Hadapi Kanker Payudara
Aru mengakui bahwa tidak semua orang punya kemampuan ataupun kemauan untuk berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan secara rutin untuk melakukan cek kanker.
Sebagai alternatif, dia pun menyarankan pengecekan mandiri di rumah. Caranya dengan memperhatikan hal-hal berikut:
Meski demikian, harus diingat bahwa tidak semua kanker bisa dideteksi secara pribadi. Kanker pankreas ataupun otak butuh pengecekan lebih lanjut untuk dideteksi.
Baca juga: Gizi Penderita Kanker Harus Terpenuhi, Seberapa Banyak Takarannya?
“Kalau sudah bisa dideteksi dini, ini akan baik untuk meningkatkan angka harapan hidup orang tersebut,” tuturnya.
Adapun pihak medis mengklasifikasikan stadium kanker dengan kemungkinan harapan hidup pada rentang lima tahun.
Pada seseorang dengan diagnosis stadium 1, maka angka harapan hidupnya dalam lima tahun ke depan mencapai 85-95 persen. Stadium 2, 60-80 persen. Stadium 3, 30-60 persen. Stadium 4, kurang dari lima persen.
“Makanya banyak yang sampai meninggal dunia karena mereka baru mau berobat pas kankernya sudah stadium akhir (4). Ya itu sudah sulit disembuhkan sebenarnya. Banyak sudah faktor yang membuat orang tersebut semakin lemah dari dalam dengan terapi dan tidak,” tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.