Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belasan Warga Cianjur Keracunan Gas Klorin, Ini Kata Ahli

Kompas.com - 02/10/2019, 20:28 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belasan warga Kampung Ciajag III, Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, harus dilarikan ke klinik dan rumah sakit akibat keracunan udara

Peristiwa yang terjadi Senin (30/9/2019) pukul 02.00 WIB itu diduga akibat kebocoran tabung gas klorin dari bak penampungan air milik Perumdam Tirta Mukti Cianjur. Para korban mengalami gejala sesak nafas, tenggorokan kering, dan mata berair karena iritasi.

Menanggapi perihal kasus tersebut, Pakar Toksikologi Dr Budiawan menyatakan bahwa gas klorin merupakan gas racun yang memiliki efek buruk bagi tubuh manusia.

"Jika seseorang terpapar atau ada kontak dengan zat klor (klorin) tersebut, pada dosis atau kadar yang melebihi batasnya, pastinya ada efeknya," ujar Budi kepada Kompas.com, Rabu (1/10/2019).

Baca juga: 6 Fakta Gas Air Mata, dari Sejarah, Mitos Odol, hingga Efek Bahayanya

Ia mencontohkan penggunaan air yang mengandung zat klorin.

"Contohnya air kolam renang yang mengandung banyak klorin (zat klor) jika mata kita terkena atau terpapar pasti perih atau teriritasi, atau air minum yg mengandung zat klor tersebut," katanya.

Gas klorin akan bercampur atau terlarut dengan dalam batas tertentu, termasuk senyawa atau zat yang ada di klorin tersebut menjadi satu dengan zat air. Namun, jika kandungan klorin melibih batas larutan yang sesuai terhadap volume airnya, maka efek samping buruk sangat mungkin dialami oleh penggunanya.

Perihal penggunaan zat klorin yang sudah dijadikan pembasmi bakteri air sejak lama, atau berpuluh-puluh tahun seperti yang dialami warga Cianjur tersebut.

Baca juga: Viral Foto Gas Air Mata Kadaluarsa, Benarkah Bikin Mata Lebih Perih?

Budi menjelaskan ada kategori untuk melihat efek jangka panjang dari penggunaan zat klorin itu.

"Untuk melihat efek jangka panjang, zat kimia tertentu ada parameternya, misalnya ADI (acceptable daily intake) atau nilai ambang batas (NAB) yang telah ditetapkan oleh lembaga dunia seperti WHO atau FDA, maka zat seperti gas klorin atau zat klorin terpapar pada seseorang melebihi nilai batas tersebut, dan pasti akan ada pengaruh bagi kesehatannya," tuturnya.


Kelebihan gas klorin pada umumnya akan menyerang sistem syaraf, pernafasan, mata, dan kulit.

"Gas klor (klorin) umumnya mengakibatkan gangguan pernafasan, pusing, iritasi mata," ucapnya.

Bahkan, kalau kadar racun zat klorin tersebut sudah tinggi sekali, bisa menyebabkan kematian.

Alternatif lain daripada klorin

Menurut Dr Budiawan, saat ini ketersediaan air minum dari PAM menggunakan ozon. Hal ini dikatakan lebih baik daripada penggunaan air dengan larutan zat klorin sebagai pembasmi bakteri di dalam air yang akan digunakan.

Pembunuhan bakteri dengan Ozon (03), atau Sodium Hypochlorite (Naocl), diakui efektif membunuh kuman atau bakteri tanpa mengubah rasa dari air itu.

"Secara metoda fisik juga bisa gunakan lampu UV," ujarnya.

Baca juga: Sejarah Gas Air Mata, Jadi Senjata Sejak Perang Dunia I

Maksudnya ialah air yang akan digunakan dipaparkan dengan sinar lampu UV. Lampu UV ini sendiri dikatakan sangat efektif untuk mendeaktifasi bakteri, kista, jamur dan virus.

Metoda lampu UV ini menjadi jenis pembunuh bakteri yang banyak digunakan untuk proses desinfeksi bakteri, terutama di pabrik-pabrik air minum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau