KOMPAS.com - Informasi kesehatan kini bisa diakses dengan sangat mudah. Bahkan, beberapa situs kesehatan menyediakan fitur symptom checker yang bisa mengira-ngira gejala penyakit apa yang Anda alami. Hal ini memicu fenomena yang disebut self diagnosis.
Mendiagnosis diri sendiri bisa berbahaya bagi kesehatan Anda. Deretan gejala, keluhan, dan tanda yang Anda peroleh dari internet sangatlah terbatas dan kurang spesifik.
Diagnosis yang Anda lakukan dari hasil pencarian pribadi di internet justru bisa berdampak bagi kesehatan.
Langkah pertama yang akan dilakukan seorang dokter saat Anda berkonsultasi adalah menetapkan diagnosis. Diagnosis ditentukan berdasarkan gejala, keluhan, riwayat kesehatan, serta faktor lain yang Anda alami.
Diagnosis hanya boleh ditetapkan oleh tenaga medis profesional. Pasalnya, proses menuju diagnosis yang tepat sangatlah sulit.
Baca juga: 7 Kesalahan Penggunaan Kulkas yang Bisa Bikin Kita Sakit
Dua orang dokter bahkan bisa memberikan diagnosis berbeda pada pasien yang sama.
Self diagnosis adalah upaya mendiagnosis diri sendiri berdasarkan informasi yang Anda dapatkan secara mandiri.
Saat mendiagnosis diri, Anda menyimpulkan suatu masalah kesehatan fisik maupun psikologis dengan berbekal informasi yang Anda miliki.
Padahal, tenaga medis profesional perlu mengulik seluk-beluk suatu masalah kesehatan sebelum bisa mendiagnosis Anda.
Anda bahkan mungkin perlu menjalani pemeriksaan lanjutan karena dugaan terhadap suatu penyakit tidak bisa disimpulkan begitu saja.
Kekhawatiran terhadap fenomena ini semakin bertambah seiring kemajuan teknologi.
Sebuah penelitian pada tahun 2013 bahkan menemukan bahwa di antara orang-orang yang mencari informasi terkait kondisi kesehatan mereka, hanya setengahnya saja yang benar-benar berkonsultasi dengan dokter.
Terdapat beberapa bahaya nyata yang dapat timbul terkait perilaku mendiagnosis diri sendiri. Berikut di antaranya:
1. Mengakibatkan diagnosis yang salah
Beberapa gangguan kesehatan bisa memiliki gejala yang serupa. Contohnya, perubahan mood secara mendadak selalu dikaitkan dengan gejala gangguan bipolar, atau sakit kepala hebat sering kali dianggap sebagai gangguan pada otak.