Walaupun tidak sepenuhnya keliru, hal ini dapat mengakibatkan salah diagnosis. Misalnya, sakit kepala hebat dapat muncul akibat tekanan darah tinggi yang tidak terkendali.
Baca juga: Sama-sama Sebabkan Sakit, Apa Beda Infeksi Bakteri dan Virus?
Sementara itu, perubahan mood secara mendadak bisa saja menandakan gangguan kepribadian ambang. Gangguan kepribadian ini membuat penderitanya mengalami kesulitan berempati, selalu merasa terisolasi, serta melakukan tindakan impulsif akibat emosi yang tidak stabil.
2. Gangguan kesehatan yang lebih serius tidak terdeteksi
Gejala psikologis yang Anda alami bisa jadi merupakan dampak dari masalah kesehatan fisik.
Misalnya, apa yang Anda kira sebagai gangguan panik mungkin diakibatkan oleh detak jantung tidak beraturan atau masalah pada kelenjar tiroid.
Pada kasus lain, tumor otak dapat memengaruhi bagian otak yang mengatur emosi dan kepribadian.
Orang yang melakukan self diagnosis mungkin mengira dirinya sedang mengalami gangguan kepribadian tanpa mengetahui adanya tumor berbahaya pada otak.
3. Mengonsumsi obat yang salah
Jika Anda mendapatkan diagnosis yang keliru, kemungkinan pengobatannya juga akan salah.
Risiko terhadap kesehatan pun bertambah besar jika Anda mengonsumsi obat secara asal atau menjalani metode pengobatan yang tidak disarankan secara medis.
Sekalipun ada obat yang mungkin tidak berbahaya, minum obat secara keliru tidak akan menyembuhkan keluhan yang Anda alami.
Misalnya, obat antidepresan tidak akan mampu mengatasi gejala depresi jika penyebabnya adalah tumor pada otak.
4. Memicu gangguan kesehatan yang lebih parah
Self diagnosis terkadang dapat memicu timbulnya gangguan kesehatan yang sebenarnya tidak Anda alami.
Sebagai contoh, saat ini Anda mengalami insomnia atau stres berkepanjangan, yang tidak disebabkan oleh gangguan psikologis.