Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang gemar melihat bintang dan menekuri Bumi.

Keempat dalam Sejarah, Asteroid Mini Terdeteksi Sebelum Jatuh ke Bumi

Kompas.com - 26/06/2019, 18:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBUAH asteroid mini yang baru saja ditemukan diketahui telah jatuh ke Bumi hanya berselang beberapa jam kemudian.

Asteroid 2019 MO (sebelumnya dikenal dengan kode asteroid A10eoM1) ditemukan melalui sistem penyigi langit Atlas Project Survey yang berpangkalan di Observatorium Mauna Loa, Hawaii (Amerika Serikat) pada Sabtu 22 Juni 2019 pukul 10 UTC.

Sebelas setengah jam kemudian, yakni pada pukul 21:30 UTC, asteroid terdeteksi telah jatuh di kawasan Laut Karibia sejauh 400 km sebelah selatan Dominika.

Dengan peristiwa ini, maka asteroid 2019 MO menjadi asteroid keempat yang berhasil dideteksi keberadaannya sebelum memasuki atmosfer Bumi sepanjang sejarah manusia. Ketiga asteroid lainnya adalah asteroid 2008 TC3 (jatuh 8 Oktober 2008), asteroid 2014 AA (jatuh 1 Januari 2014) dan asteroid 2018 LA (jatuh 2 Juni 2018).

Asteroid 2019 MO memiliki diameter sekitar 3 meter dan semula merupakan asteroid yang mengorbit Matahari pada sebentuk orbit lonjong dengan perihelion 0,938 SA dan aphelion 4,01 SA pada kemiringan orbit (inklinasi) hanya 1,5º.

Asteroid membutuhkan waktu sekali mengelilingi Matahari setiap 3,89 tahun sekali. Asteroid ini mengalami resonansi orbital 3:1 terhadap planet Jupiter, yang bermakna asteroid telah tepat mengedari Matahari 3 kali manakala Jupiter tepat sekali mengeilingi sang surya.

Resonansi ini menyebabkan orbit asteroid cenderung tak stabil sehingga terus berubah secara gradual dari waktu ke waktu. Inilah yang membuatnya tepat berpotongan dengan orbit Bumi, sehingga asteroid pun jatuh ke Bumi sebagai tumbukan benda langit.

Asteroid jatuh dari arah barat daya (azimuth 220º) dengan membentuk sudut 27º terhadap paras Bumi yang menjadi titik targetnya. Saat mulai memasuki atmosfer Bumi, asteroid melesat secepat 22 km/detik.

Selimut udara Bumi membuatnya kian diperlambat seiring ketinggiannya yang kian menurun. Perlambatan itu membuat asteroid berpijar sangat terang sebagai meteor-terang (fireball).

Pada puncaknya, diprakirakan meteor-terang itu jauh lebih benderang dari Bulan purnama dan mencapai 1/36 kali lipat kecemerlangan Matahari.

Pada ketinggian sekitar 32 kmdpl, asteroid mulai mengalami pemecah-belahan secara intensif. Dan pada ketinggian 28 kmdpl, kecepatan asteroid mendadak sangat diperlambat sehingga sebagian energinya terlepas dalam fenomena airburst.

Fenomena tersebut terekam melalui satelit cuaca GEOS pada kanal GLM (global lightning mapper) yang sejatinya digunakan untuk memetakan kejadian petir di seluruh dunia.

Di darat, fenomena airburst itu juga terekam oleh stasiun infrasonik Bermuda (2.000 km sebelah utara episentrum airburst). Dari stasiun infrasonik itulah diketahui asteroid 2019 MO memiliki energi kinetik 5 kiloton TNT dengan separuh diantaranya dilepaskan dalam airburst. Sebagai pembanding, bom nuklir Nagasaki berkekuatan 20 kiloton TNT.

Pelepasan energi airburst ini tidak berdampak apapun karena titiknya yang masih sangat tinggi terhadap paras Bumi.

Mungkin terdapat sisa-sisa pecahan asteroid yang bisa bertahan dari penghancuran di ketinggian atmosfer selama proses fragmentasi dan mendarat sebagai meteorit. Namun dengan lokasi jatuh meteorit di laut, jelas mustahil untuk bisa menemukannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com