Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Bikin 50 Persen Pisang Terinfeksi Penyakit Jamur

Kompas.com - 08/05/2019, 16:04 WIB
Shierine Wangsa Wibawa,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sumber Newsweek

KOMPAS.com - Pisang adalah salah satu tanaman terpenting di dunia. Namun dalam beberapa dekade terakhir, tanaman tersebut diserang wabah penyakit jamur bernama Black Sigatoka.

Black Sigatoka adalah penyakit jamur yang merusak. Menurut studi terbaru dalam jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society B, perubahan iklim membuat infeksi penyebaran penyakit meningkat. Ahli menemukan setengah ladang pasang di Amerika Latin dan Karibia terpapar wabah Black Sigatoka.

"Black Sigatoka adalah penyakit jamur pada pisang yang menginfeksi daun dan mengurangi produktivitas tanaman," ujar Daniel Bebber, penulis studi dari Universitas Exeter di UK, melansir Newsweek Selasa (7/5/2019).

"Penyakit ini dikirim dari Asia ke Honduras pada 1972, dan sekarang telah menyebar ke suluruh Amerika Latin dan Karibia," imbuh Bebber.

Baca juga: Berkat Perubahan Iklim, Korea Selatan Bisa Produksi Pisang dan Mangga

Untuk mengatasi Black Sigatoka, Bebber berkata hal yang bisa dilakukan adalah melakukan penyemprotan fungisida secara berkala ke daerah yang terkena wabah. Namun penyemprotan fungisida juga akan meninggalkan dampak kepada para petani pisang.

"Petani di Kosta Rika menyemprotkan fungisida antara 40 sampai 80 kali per tahun dan menelan biaya sampai 2.500 dollar AS (lebih dari Rp 35 juta) untuk satu hektar per tahunnya," imbuh Bebber.

Bebber sudah melakukan penyelidikan wabah Black Sigatoka, terutama untuk memahami bagaimana hama dan penyakit tanaman dapat dipengaruhi oleh pola cuaca.

"Black Sigatoka adalah contoh tepat dari penyakit penyakit yang dipengaruhi cuaca karena membutuhkan kondisi suhu dan kelembaban tertentu untuk menginfeksi tanaman. Jadi ini adalah momen tepat untuk mempelajari fenomena ini," jelas Bebber.

Perlu diketahui, tanaman pisang sangat rentan terhadap penyakit karena varietas yang diekspor ke seluruh dunia.

Setelah mengkaji beberapa data eksperimental tentang infeksi Black Sigatoka yang disebabkan jamur Pseudocercospora fijiensis selama 60 tahun terakhir, Bebber menemukan ada peningkatan infeksi dalam jumlah besar.

"Infeksi Black Sigatoka meningkat sekitar 44 persen di seluruh daerah Amerika Latin dan Karibia yang menanam pisang sejak 1960-an. Peningkatan infeksi ini (Black Sigatoka) disebabkan oleh perubahan iklim," jelas Bebber.

Baca juga: Pisang Manakah yang Lebih Baik Menurut Sains, Matang atau Mentah?

Apa hubungannya perubahan iklim dengan peningkatan infeksi jamur Black Sigatoka?

Menurut Bebber, perubahan iklim berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang nyaman bagi spora P. fijiensis untuk berkecambah dan tumbuh.

Jamur menyebar melalui spora yang dilepaskan ke udara, menginfeksi daun pisang, akhirnya mengarah pada pengembangan lesi dengan karakteristik bergaris dan terjadi kematian sel ketika racun terpapar panas.

Selain itu, studi juga menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat  mengurangi produksi buah sampai 80 persen.

Meski studi menemukan bahwa infeksi penyakit Black Sigatoka meningkat drastis di Amerika Latin dan Karibia, beberapa daerah yang lebih kering seperti Meksiko dan Amerika Tengah mengalami efek sebaliknya.

"Penyakit ini memburuk untuk daerah yang jadi lebih basah karena perubahan iklim. Namun bagi daerah kering, tidak ada yang perlu dikhawatirkan terkait penyakit ini," ujar Bebber.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau