Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Avenger: Endgame, Apakah "Spoiler" Sebuah Bantuan atau Kejahatan?

Kompas.com - 26/04/2019, 18:33 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Kemeriahan film Avenger: Endgame pada minggu perdana tayang di Indonesia ini terasa sangat semarak. Bahkan, beberapa bioskop melakukan penayangan selama 24 jam.

Sama seperti film lain, kisah tentang superhero ini juga harus melawan bocoran atau spoiler. Bahkan, pada pemutaran perdananya di Los Angeles muncul kampanye untuk tidak membocorkan jalan cerita film tersebut.

Ya, spoiler sering dipandang buruk bagi banyak orang. Bocoran tersebut dianggap sebagai "perusak" kenikmatan menonton.

Namun, benarkah demikian?

Baca juga: Kiat Medis Menahan Pipis Saat Nonton “Avengers: Endgame” Selama 3 Jam

Spoiler adalah Bantuan

Jika banyak orang menganggap spoiler adalah pengalaman buruk, maka pendapat berbeda diungkapkan oleh penelitian dalam jurnal Psychological Science.

Penelitian itu menunjukkan bahwa mengetahui akhir dari sebuah cerita sebelum Anda menyaksikan atau membaca sendiri sebenarnya tidak merusak pengalaman cerita tersebut.

Para peneliti menyebut hal ini sebagai "spoiler paradox".

Melansir dari laporan Psychology Today tahun 2011, hasil tersebut didapatkan oleh Nicholas Christenfeld dan Jonathan Leavitt dari University of California, departemen psikologi San Diego dengan melakukan tiga percobaan menggunakan 12 cerita pendek.

Percobaan pertama, para peserta diberikan spoiler atau bocoran tentang akhir kisah sebelum diizinkan membaca. Pada percobaan kedua, spoiler dimasukkan sebagai paragraf pembuka cerita.

Percobaan ketiga adalah tidak memberikan para peserta bocoran cerita.

Hasil temuan menunjukkan bahwa para peserta lebih menyukai cerita ketika telah mendapatkan spoiler dibandingkan yang tidak. Bahkan, mereka lebih suka ketik bocoran keseluruhan kisah dimasukkan sebagai teks penngantar dalam cerita.

Temuan ini mungkin membuat Anda terheran-heran dan bertanya kok bisa seperti ini, bagaimana logikannya?

Mari kita memutar waktu ke tahun 1944 untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pada 1944, Fritz Heider dan Mary-Ann Simmel dari Smith College melakukan penelitian yang sederhana namun kuat.

Para peneliti menunjukkan kepada para peserta animasi dua segitiga dan sebuah lingkaran bergerak mengelilingi sebuah kotak. Saat menonton animasi tersebut, sangat sulit untuk tidak menambahkan dialog Anda sendiri untuk menjelaskan apa yang terjadi.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau