Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hutan di Peru Lenyap dalam 5 Tahun, Satelit NASA Ungkap Penampakannya

Kompas.com - 24/04/2019, 20:31 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Pohon-pohon yang menjulang tinggi di hutan Madre de Dios, Peru sudah hidup selama ratusan tahun, mungkin sekitar lima generasi manusia. Namun dalam lima tahun terakhir, hutan yang awalnya rimbun dan nampak kehijauan dari luar angkasa menghilang.

Satelit Badan Antariksa AS (NASA) menemukan, hampir 6 persen wilayah Madre de Dios telah menghilang karena penebangan hutan massal atau deforestasi.

Mungkin angka ini tidak terlalu mengejutkan, namun hal semacam ini akan terus meluas dan akhirnya hanya menyisakan sedikit untuk generasi mendatang jika deforestasi terus berlanjut.

Baca juga: Tak Hanya Gizi, Asap Kebakaran Hutan Juga Sebabkan Stunting

Melansir IFL Science, Selasa (23/4/2019), pemetaan ini dilakukan oleh asisten peneliti pascasarjana Andrea Nicolau dari Universitas Alabama juga bekerja sama dengan NASA dan Badan Pengembangan Internasional AS yang menyediakan data satelit untuk membantu meningkatkan pengambilan kebijakan lingkungan.

Madre de Dios adalah kawasan seluas 3.500 kilometer persegi yang penting untuk keanekaragaman hayati di Peru tenggara. Di sana hidup banyak spesies endemik yang tidak ditemukan di wilayah dunia lain.

Untuk memetakan hilangnya jantung Peru, tim memakai pengamatan Landsat 7 dan 8 dari tahun 2013 hingga 2018. Data 5 tahun itu mengungkap sekitar 206 kilometer persegi wilayah hutan telah menghilang.

Kawasan Madre de Dios di Peru pada 2013-2014. Kawasan Madre de Dios di Peru pada 2013-2014.

Foto di atas menampilkan penampakan kawasan Madre de Dios yang gelap. Hal ini menunjukkan saat itu pohon-pohon tinggi masih ada di sana.

Namun setiap pergantian tahun, kawasan dengan warna terang semakin melebar hingga menyisakan sedikit area berwarna gelap. Hal itu bisa Anda lihat di foto satelit NASA dari luar angkasa tahun 2017-2018 di bawah ini.

Kawasan Madre de Dios di Peru pada 2017-2018. Kawasan Madre de Dios di Peru pada 2017-2018.

Nicolau menggunakan analisis campuran spektral untuk mengidentifikasi jenis tutupan lahan tertentu untuk membedakan antara pembalakan liar dan pembukaan lahan untuk pertanian yang biasanya memiliki pola persegi.

Kerugian terbesar adalah kawasan di sekitar hutan lindung, termasuk Cagar Alam Tambopata dan tanah yang menjadi milik Komunitas Asli Kotsimba.

Baca juga: Kebakaran Hutan Indonesia 1997 Sebabkan Anak Tumbuh Lebih Pendek 3 Cm

Nicolau dan timnya mencurigai pembangunan jalan raya antar benua melalui wilayah tersebut menyumbang hilangnya pohon, terutama di tahun lalu ketika pohon-pohon besar hilang drastis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau