KOMPAS.com - Para ahli paleontologi baru saja mengumumkan telah menemukan fosil dari spesies "hiperkarnivora" kuno raksasa. Uniknya, makhluk yang diberi nama Simbakubwa kutokaafrika itu disebut sebagai nenek moyang dari pemakan kuda nil dan gajah di masa kini.
Menurut tim yang digawangi oleh Nancy Stevens dan Matthew Borths dari Universitas Ohio, makhluk ini bahkan lebih besar dari harimau bertaring tajam dan beruang kutub.
Nama yang disematkan pada makhluk purba tersebut berasal dari bahasa Swahili, mengingat lokasi penemuannya memang di Kenya. Kata Simbakubwa berarti singa besar, mengingat ukuran dari hewan yang hidup 22 juta tahun lalu itu memang "raksasa".
Temuan makhluk yang diperkirakan punya bobot 1.500 kilogram ini terbilang tak sengaja. Pasalnya, saat itu, para peneliti sedang memeriksa fosil yang digali di situs arkeologi Jembatan Meswa puluhan tahun lalu.
Fosil-fosil itu sebelumnya disimpan di Museum Nasional Kenya.
Baca juga: Makan Hiu dan Paus Lain, Moyang Paus Rupanya Predator Puncak
"(Nancy) memeriksa semua yang telah ditemukan di Jembatan Meswa, ketika dia membuka lacil dengan fosil Simbakubwa dan kagum melihat karnivora sebesar itu," ungkap Borths dikutip dari Newsweek, Kamis (18/04/2019).
Temuan tak sengaja itu kemudian menjadi penelitian bagi keduanya yang dipublikasikan dalam Journal of Vertebrate Paleontology.
Tulang dan gigi yang ditemukan menunjukkan bahwa individu tersebut mati pada usia dewasa awal.
"Simbakubwa lebih besar dari kucing bertaring tajam dan lebih besar dari beruang kutub, ia adalah karnivora mamalia darat terbesar yang pernah hidup di Bumi," kata Borths.
"Seperti kucing bergigi pedang, Simbakubwa adalah seekor hiper-karnivora. Jika kucing saat ini hanya memiliki satu set gigi pengiris daging khusus di setiap sisi rahang, Simbakubwa punya tiga," imbuhnya.
Bentuk gigi tersebut membuat Borths dan Stevens berspekulasi tentang makanan makhluk purba itu.
"Simbakubwa adalah hiper-karnivora, yang berarti ia memiliki pasangan gigi khusus seperti gunting yang akan membantunya memotong daging secara efisien. Beberapa herbivora yang dikenal dari situs yang mungkin ada dalam daftar menunya, termasuk anthracotheres — kerabat kuda nil yang kurus — dan kerabat gajah seperti mastodon Zygolophodon yang telah bernyali panjang," kata Borths.
Melihat ukuran giginya, bisa dibayangkan bahwa Simbakubwa adalah predator puncak pada masanya. Sama seperti singa dan beruang kutub, predator puncak umumnya lebih rentan terhadap perubahan lingkungan.
Baca juga: World Orca Day, Mengenal Paus Pembunuh, Si Predator Puncak di Samudera
Di luar itu, melansir dari AFP, Kamis (18/04/2019), Simbakubwa hidup selama zaman Miosen awal, era penting bagi para peneliti menyelidiki leluhur manusia. Zaman Miosen adalah ketika kera pertama mulai menapak di bumi, dan ketika mamalia mulai terbentuk.
Artinya, temuan ini penting untuk memahami bagaimana nenek moyang kita hidup pada masa tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.