Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Bikin Gemuk. Setahun Tinggal di Kota, Berat Bertambah 0,15 Kg

Kompas.com - 12/04/2019, 18:09 WIB
Julio Subagio,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Orang kota memiliki potensi yang lebih tinggi untuk obesitas. Dan celakanya, kerap kali obesitas itu dianggap wajar.

“Tiap satu tahun hidup di daerah urban, berat badan individu bertambah sekitar 0,15 kilogram”, jelas dr. Dicky Levenus Tahapary, Sp.PD, salah satu pembicara pada seminar “Obesitas dan Diabetes”.

Banyaknya aplikasi yang memudahkan pemilihan, pemesanan, dan pengantaran makanan adalah salah satu sebab.

Sebab lain, orang kota lebih malas bergerak. Transportasi selalu mengandalkan kendaraan bermotor.

Selain itu, aktivitas fisik orang juga juga terbatas. Ruang terbuka minim baik untuk anak maupun dewasa. Ketika ada waktu luang, orang kota menghabiskan waktu untuk duduk.

Baca juga: Obesitas Anak Tidak Tiba-tiba, Gunakan Anjuran 5210 untuk Mencegahnya

Faktor terakhir yang tak disadari, kata Dicky, adalah tingkat stress tinggi masyarakat kota. Kesehatan mental menurun dan akhirnya berdampak pada metabolisme.

Kombinasi seluruh faktor tersebut menyebabkan ketidakseimbangan neraca energi, dimana kalori yang masuk lebih besar dibanding kalori yang terbuang.

Dr. dr. Aman B. Pulungan yang juga dari UI mengatakan, obesitas juga terjadi lantaran manusia kurang bisa menyesuaikan porsi makan dengan kehidupan modernnya.

Penyimpanan lemak dalam tubuh sebenarnya berguna sebagai cadangan energi yang dapat digunakan di kala paceklik. Namun di era modern seperti sekarang ini, angka kelaparan sangat rendah, serta persediaan makanan yang mudah didapat menjadikan melimpahnya cadangan lemak yang tidak digunakan tubuh.

"Kita mewarisi nafsu makan dari para pendahulu kita, yang selama ribuan tahun mengalami kelangkaan pangan sehingga terjadi seleksi gen untuk itu" papar Dr. dr. Aman B. Pulungan, yang juga hadir sebagai pembicara.

Baca juga: Awas, Obesitas Bisa Melemahkan Fungsi Ginjal

Aman menjelaskan bahwa dahulu, simpanan lemak merupakan modal bertahan hidup, sehingga gen untuk nafsu makan tinggi bersifat menguntungkan.

Namun, dengan adanya kelebihan pangan selama satu abad terakhir, hal ini menjadi bumerang, terutama bagi masyarakat perkotaan dengan pilihan makanan yang melimpah serta akses yang mudah.

Kondisi ini dikenal dengan istilah "thrifty gene hypothesis".

Karena manusia kota tak bisa beradaptasi, maka terjadilah kegemukan.

Mendeteksi potensi obesitas

Halaman Berikutnya
Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau