Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Teh Panas Tingkatkan Risiko Kanker Esofagus

Kompas.com - 21/03/2019, 17:54 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Menyeruput teh panas di pagi hari atau saat udara dingin adalah salah satu hal yang dinikmati banyak orang Indonesia. Tapi, siapa sangka konsumsi teh panas bisa meningkatkan risiko kanker.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar kita menunggu secangkir teh panas di pagi hari agar agak dingin untuk mengurangi risiko terkena kanker kerongkongan.

Tapi seberapa panas teh yang bisa memicu kanker?

Sampai sekarang, sebagian besar penelitian agak tidak jelas pada bagian suhu sebenarnya. Tapi, sebuah tim peneliti internasional telah bersama-sama secara obyektif memakukan suhu Goldilocks untuk peminum minuman panas.

Baca juga: Studi: Konsumsi Cokelat, Kopi, dan Teh Bisa Perpanjang Umur, asal...

Tim itu menemukan bahwa begitu cairan minum merayap melewati 60 derajat Celcius, maka Anda akan memiliki risiko.

Untuk memberi Anda gambaran seperti apa rasanya, sebagian besar dari kita akan mulai mengalami ketidaknyamanan ketika kita menyentuh permukaan yang mendekati 50 derajat Celcius.

Jadi, kecuali Anda adalah seorang masokis ketika berbicara tentang suapan pertama itu, beritanya tidak terlalu buruk.

"Banyak orang menikmati minum teh, kopi, atau minuman panas lainnya," kata Farhad Islami dari American Cancer Society dikutip dari Science Alert, Kamis (21/03/2019).

"Namun, menurut laporan kami, minum teh yang sangat panas dapat meningkatkan risiko kanker esofagus, dan karena itu disarankan untuk menunggu sampai minuman panas menjadi dingin sebelum minum," imbuhnya.

Ada banyak penelitian yang mengatakan bahwa suhu minuman kita dapat memengaruhi peluang kita terkena kanker.

Sayangnya, bagaimana tepatnya hal ini terjadi tidak jelas. Tetapi bukti menunjukkan kerusakan yang disebabkan oleh memudarnya sel-sel tenggorokan kita mungkin bertanggung jawab.

Sebagian besar studi tentang topik ini berfokus pada kebiasaan minum teh karena lebih populer. Hal itu merupakan hasil survei terhadap para peserta.

Ini mungkin cara cepat dan mudah untuk mengumpulkan data, tetapi hanya sedikit orang yang cenderung menawarkan angka yang tepat.

Jadi kelompok penasehat seperti Badan Internasional untuk Penelitian Kanker WHO bersandar pada penelitian pada hewan yang menyarankan 65 derajat Celcius adalah batas batas yang cocok.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Teh Celup ala Sariwangi

Untuk meningkatkan studi sebelumnya, para peneliti memulai penyelidikan di Provinsi Golestan, timur laut Iran. Daerah itu sudah menjadi subyek penelitian ilmiah untuk budaya minum teh dan insiden kanker esofagus yang relatif tinggi.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau