KOMPAS.com - Sembilan hari lalu (17/2/2019), fenomena salju hitam menghujani Siberia. Setelah ditelusuri salju hitam itu berasal dari polusi pabrik batu bara dan akhirnya menghantui kawasan yang dihuni 2,6 juta manusia.
Setelah salju hitam berlalu, kini penduduk di kota Pervouralsk, Rusia, harus berhadapan dengan salju hijau yang sangat beracun.
Salju hijau itu diyakini muncul dari pabrik krom yang ada di Pervouralsk, sebuah kota di tengah Oblast Sverdlovsk dengan jumlah penduduk 125 ribu jiwa.
Tumpahan bahan kimia dari pabrik krom diyakini mengubah salju putih menjadi hijau.
Baca juga: Fenomena Beracun, Salju Hitam Turun di Langit Siberia
Meski dikhawatirkan salju hijau memiliki racun dan membahayakan kesehatan penduduk sekitar, pegawai pabrik krom yakin bahan kimia pada salju akan aman.
"Ini adalah situasi yang sudah sering terjadi dan seharusnya tidak perlu dikhawatirkan," kata Vsevolod Oreskin, humas pabrik kepada wartawan setempat.
"Salju hijau tidak mengancam nyawa dan kesehatan orang dewasa ataupun anak-anak. Ada banyak jenis pabrik di Pervouralsk. Jika kita mengambil salju di negara mana pun, kita akan melihat banyak zat kimia yang berbahaya," imbuhnya.
Melansir IFL Science, Senin (25/2/2019), para orangtua dan guru di kota itu tidak setuju dengan pernyataan Vsevolod. Pasalnya, ada banyak anak yang tiba-tiba sakit tak lama setelah salju hijau mulai menghujani kota.
"Banyak anak yang sakit. Mereka batuk, kulitnya memerah, muncul ruam di jalan. Anak-anak sakit setelah jalanan dilapisi salju hijau," ujar salah satu warga Natalya Solovey.
Warga mengaku salju hijau muncul hampir setiap tahun. Misalya pada 2016, salju hijau muncul karena pipa bocor mengeluarkan air yang tercemar kromium.
Tak mengherankan bila warga sangat khawatir dengan situasi yang mereka alami. Penduduk sekitar pun harus menggunakan masker untuk mengantisipasi racun dari zat kimia yang terkandung dalam salju.
Baca juga: 200 Tahun Ini, Antartika Alami Peningkatan Hujan Salju yang Tak Normal
Sebagai bentuk tanggapan atas sikap pemerintah yang dianggap lemah dapat mengolah limbah, warga setempat melakukan protes. Penduduk di Sibay bahkan telah mengambil jalur hukum atas kabut asap yang membekap kawasan Ural selatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.