KOMPAS.com - Salju hitam beracun menghujani wilayah Siberia, terutama kawasan Kuzbass dalam beberapa hari belakangan. Salju hitam itu setidaknya telah menutupi wilayah yang dihuni 2,6 juta manusia dan salah satu tambang batu bara terbesar di dunia.
Menurut laporan Guardian dan Siberian Times, salju hitam itu tidak turun dari langit tapi merupakan debu batu bara hitam beracun yang dilepaskan ke udara melalui lubang pabrik batu bara yang tidak dipelihara dengan baik di wilayah tersebut.
Seorang petinggi pabrik batu bara mengaku alat yang berfungsi mencegah serbuk batu bara keluar dari pabrik telah rusak.
Namun parahnya, ini bukan kali pertama terjadi. Fenomena salju hitam beracun seperti sudah menjadi agenda tahunan di wilayah tersebut dan tidak selalu terikat pada satu sumber.
Baca juga: 200 Tahun Ini, Antartika Alami Peningkatan Hujan Salju yang Tak Normal
"Lebih sulit menemukan salju putih dibanding salju hitam saat musim dingin," kata Vladimar Slivyak, anggota kelompok peduli lingkungan Ecodefense kepada Guardian.
"Ada banyak debu batu bara di udara sepanjang waktu. Saat salju sungguhan turun, itu (salju putih) tak akan bisa dilihat dengan mudah," imbuhnya.
Black Snow Falls in Russia
— ?Metalert Ireland? (@MetAlertIreland) February 15, 2019
Worried residents of a coalmining region in Siberia have been posting videos and photos today showing entire streets and districts covered in toxic black snow that critics say highlight a man-made ecological catastrophe. #metalertireland pic.twitter.com/8uriBjcMfW
Live Science melaporkan pada Jumat (15/2/2019), Kuzbass (kependekan dari Kuznetsk Basin) adalah salah satu tambang batu bara terbesar di dunia yang luasnya mencapai 26.000 kilometer persegi.
Tahun 2015 Ecodefense melaporkan bahwa warga Kuzbass memiliki harapan hidup 3 sampai 4 tahun lebih pendek dibanding rata-rata orang Rusia.
Selain harapan hidup pendek, mereka juga memiliki risiko dua kali lebih besar tertular tuberkulosis dan gangguan mental di amsa kecil.
Salju hitam sering muncul di musim dingin di wilayah tersebut dan upaya mitigasi masih sangat minim.
Misalnya pada Desember 2018 pemerintah daerah dituduh berusaha menyembunyikan benda hitam beracun itu dengan cara mengecatnya menjadi warna putih.
Baca juga: Ahli Kecam Video Viral Anak Beruang Daki Lereng Salju, Apa Sebabnya?
#Russia is a country of outstanding natural beauty and diversity. But the sheer lack of environmental regulations is a devastating effect for residents in #Kuzbass, where last night there was BLACK SNOW. pic.twitter.com/zMiEWBJbnh
— Khodorkovsky Center (@mbk_center) February 14, 2019
Siberia tergolong negara yang pernah mengalami beberapa fenomena lingkungan aneh.
Pada Juli 2018, kota penuh pabrik di Siberia dibasahi "hujan darah" ketika limbah industri terperangkap dalam badai.
Belakangan, dinding debu misterius menutupi sinar matahari selama 3 jam di Yakutia dan menjadikan kota itu sebagai yang terdingin di dunia.
Menurut Guardian, beberapa ahli Inggris telah mengusulkan untuk memboikot batu bara Kuzbass hingga kawasan tersebut memberlakukan aturan perlindungan lingkungan yang lebih kuat.
Namun faktanya, belum ada cara untuk membuat pabrik batu bara ramah lingkungan.
Sekalipun hujan hitam tidak terjadi di negara kita, ingat karbon dioksida yang dilepaskan oleh pembangkit batu bara menjadi penyebab utama perubahan iklim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.