"Sebenarnya, jika ada lebih banyak lebah, kami justru mau disengat untuk merasakan seperti apa. Tapi karena hanya menemukan seekor, kami tak ingin mengganggu atau membuatnya kesal," jelas Dr Robson.
Baca juga: Para Ilmuwan Ajari Lebah Matematika, Ini Kisahnya
Lebah raksasa Wallace juga memiliki seperangkat penjepit besar yang disebut mandibula di bagian kepalanya. Menurut Dr Robson, penjepit ini yang mungkin bisa berbahaya.
Karena hanya terlihat beberapa kali, para peneliti hingga saat ini masih belum tahu banyak tentang lebah tersebut.
Pakar lebah Dr Tim Heard dari University of Sydney menduga, bisa saja lebah ini merupakan penyerbuk utama untuk spesies pohon tertentu di pulau tersebut.
"Itu sangat mungkin, tapi kami tidak tahu pasti," kata pakar yang tak terlibat dalam penemuan ini.
Terlepas dari ceruk ekologisnya, Dr Heard mengatakan perlunya perlindungan kawasan hutan itu dari ancaman deforestasi untuk kebun sawit, yang sangat marak di Indonesia.
"Lebah ini terbesar di dunia, langka, dan ditemukan oleh Wallace, legenda di bidangnya. Dia menemukan evolusi melalui seleksi alam bersama dengan Darwin," katanya.
Dr Robson menjelaskan timnya berharap keberadaan lebah ini di Kepulauan Maluku dapat menjadi unggulan bagi pelestarian lingkungan dan ekowisata di wilayah tersebut.
"Deforestasi adalah ancaman utama," kata Dr Robson.
"Kita mungkin bisa membuat lebah ini jadi perhatian publik sebagai sesuatu yang patut untuk dilihat," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.