KOMPAS.com - Dana anggaran penelitian dan pengembangan (litbang) Indonesia belakangan mencuri perhatian publik. Hal ini dimulai dari kicauan Chief Executive Officer (CEO) Bukalapak Achmad Zaky yang menyoriti besaran dana penelitian dan pengembangan ilmiah di Indonesia.
Menilik data yang dipaparkan oleh Zaky, sebenarnya bagaimana sistem pendanaan riset nasional Indonesia saat ini?
Untuk itu, Kompas.com meminta keterangan Teguh Rahardjo, Direktur Eksekutif Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI).
Tak Seluruhnya untuk Riset
Menurut Teguh, data tahun 2016/2017 dana investasi iptek Indonesia sebesar 24,9 triliun rupiah.
Baca juga: Menilik Twit CEO Bukalapak, Begini Wajah Dunia Penelitian Indonesia
"Tetapi dana yang benar-benar digunakan untuk kegiatan riset penguasaan dan pengembangan iptek hanya sekitar 6 T," ungkap Teguh kepada Kompas.com, Jumat (15/02/2019).
"Dana 24,9 triliun itu adalah dana iptek. Di dalamnya itu ada macam-macam, ada untuk riset, infrastrukturnya, gaji, dan macam-macam," sambungnya.
Menyoal jumlah dana, Teguh tidak memungkiri bahwa anggaran yang besar bisa meningkatkan jumlah publikasi dan paten dari para peneliti Indonesia.
"Kalau jumlah anggarannya 28,9 triliun pastinya jumlah paten dan publikasinya bisa lebih banyak. Karena akan banyak peneliti yang mendapatkan dana kemudian besarnya penelitian juga lebih besar," ujar Teguh.
"Artinya akan lebih banyak penelitian. Tapi kalau dananya terbatas kemungkinannya akan terjadi keterbatasan jumlah dan besar penelitian itu sendiri," imbuhnya.
Teguh juga tidak memungkiri bahwa tren penelitian Indonesia dalam lima tahun terakhir memang meningkat.
"Sekarang publikasi (ilmiah) meningkat, dari sisi jumlah terjadi peningkatan yang cukup signifikan," tutur Teguh.
"Bahkan dari kemenristekdikti itu kita sudah menyamai atau melewati Malaysia. tapi yang jelas kita sudah melewati Thailand," tambahnya.
Selaras dengan Kualitas?
Meski kuantitas dari publikasi ilmiah di Indonesia meningkat, Teguh masih mempertanyakan tentang kualitas penelitian di Indonesia.
Baca juga: Krisis Kredibilitas Sains, Banyak Penelitian Tak Dapat Dipercaya