Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Kicauan Achmad Zaky, Berapa Anggaran Litbang Indonesia?

Kompas.com - 15/02/2019, 20:33 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

"Tetapi jika kita bicara tentang kualitas publikasinya, ini yang ditunjukkan oleh citation. Jadi berapa banyak publikasi kita yang digunakan sebagai referensi penelitian-penelitian selanjutnya itu masih belum terjadi perubahan yang signifikan," tegas teguh.

"Jadi dari sisi jumlah memang meningkat. Tapi peningkatan ini yang mempengaruhi itu banyak sekali faktornya," tambahnya.

Dalam hal ini, Teguh menegaskan bahwa dalam dunia penelitian bukan hanya berfokus pada masalah anggaran.

"Juga masalah kebijakan dan lain-lain. Faktor mana yang membuat masalah publikasi kemarin itu meningkat," kata Teguh.

"Kemungkinannya lebih kepada karena saat ini kebijakannya yang sedang dijalankan lebih baik," imbuhnya.

Harapan Dunia Penelitian Indonesia

Teguh juga berharap dunia penelitian Indonesia terus berkembang.

"Sekarang ini kita terus bicara soal daya saing, daya saing, daya saing. Yang diharapkan itu bukan hanya daya saing dalam sisi kemudahan prosedural, manajemen, dan lain-lain," ujar Teguh.

"Tapi daya saing yang bisa merepresentasikan kita punya teknologi, produk yang kualitasnya berstandar internasional," imbuhnya.

Terkait hal ini, Teguh juga membahas tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih bergangtung pada tingkat konsumsi.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia dipengaruhi empat faktor.

Baca juga: Diet Terbaik Menurut Penelitian

"Pertama adalah investasi. Faktor kedua itu konsumsi. Ketiga ekspor. Faktor keempat itu adalah stimulus APBN," kata Teguh.

"Nah, antara faktor pertama dan kedua itu selalu bergantian. Mungkin sekarang ini lebih banyak konsumsi," imbuhnya.

Padahal, menurut Teguh, kekuatan ekonomi yang mampu bersaing adalah ekspor.

"Sedangkan kalau kita bicara daya saing sesungguhnya kekuatan dari iptek kita dan lain-lain mustinya, ekspor kita yang mendorong ekonomi," kata Teguh.
"Kenyataannya ekspor kita belum bisa mendorong hal itu," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com