KOMPAS.com - Fotosintesis merupakan cara tumbuhan menghasilkan makanan dan energi dengan bantuan sinar matahari. Fenomena ini mungkin kasat mata, tapi sebenarnya kita bisa mendengarkan fotosintesis.
Menurut studi teranyar yang terbit di jurnal PLOS ONE, 3 Oktober 2018, hal yang harus kita lakukan adalah menyelam ke dasar laut. Di sana, kita bisa mendengar suara fotosintesis dari ganggang merah, suaranya berbunyi "ping".
Sama seperti tanaman darat, ganggang juga melakukan fotosintesis. Ganggang menggunakan sinar matahari untuk mengubah molekul karbon dioksida dan air menjadi gula dan oksigen.
Di bawah air, gelembung-gelembung oksigen akan naik ke atas. Para ahli yang melakukan penelitian ini menemukan, saat gelembung-gelembung itu terlepas dari tanaman, mereka membuat suara "ping" yang singkat.
Baca juga: Tanaman Herbal, Bisakah Disebut Mampu Menyembuhkan Kanker?
"Banyak gelembung seperti itu menciptakan suara yang keras dan terdistribusi di dasar laut," tulis para ahli dalam laporannya.
Melansir Live Science, Jumat (30/11/2018), suara ping itu membantu para ahli memantau kesehatan terumbu karang yang diselimuti alga.
Tim ahli pertama kali mengamati suara ping dari alga di Hawaii. Mereka menemukan, terumbu karang yang sehat bunyi "ping" dari alga berfrekuensi rendah, sementara karang yang rusak suaranya bernada tinggi.
"Awalnya lami diberi tahu suara itu berasal dari gertakan udang. Tapi sepertinya ada korelasi antara suara dengan proporsi alga yang menutupi dasar laut," kata Simon Freeman seorang ahli kelautan di Pusat Kelangsungan Hidup Angkatan Laut AS di Rhode Island kepada majalah Hakai.
Untuk mempelajari lebih lanjut, Freeman dan timnya mengumpulkan 10 kilogram ganggang merah invasif (Gracilaria salicornia) dari teluk Kaneohe Hawaii ke sebuah tangki yang diisi air laut.
Hal ini berguna untuk memudahkan mereka menganalisis suara "ping" supaya tidak terganggu gemuruh lautan yang berisik.
Selama percobaan, para ahli mendengar suara ping berfrekuensi tinggi. Suaranya mirip seperti yang mereka dengar dari terumbu karang yang rusak.
Menurut ahli, suara alga yang berfrekuensi tinggi disebabkan oleh ulah manusia, terutama karena penangkapan ikan secara berlebihan, polusi dari limpasan nutrisi, dan efek perubahan iklim.
Baca juga: Jumlah Kematian Penyu di Florida Melonjak, Alga Merah Diduga Biangnya
Mengingat bahwa alga merupakan indikator kuat bahwa terumbu karang hidup, mungkin pemantauan bunyi gelembung alga ini bisa menjadi cara yang cepat dan tidak invasif bagi para ilmuwan untuk mengawasi kesehatan terumbu karang.
"Saat ini, terumbu karang dievaluasi secara visual oleh penyelam. Namun metode ini mahal dan membutuhkan banyak waktu. Jadi di masa depan, mungkin dengan mendengarkan suara dari alga, kita bisa mengevaluasi kesehatan terumbu karang yang mungkin berubah dari tahun sebelumnya," ujar Freeman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.