Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanaman Herbal, Bisakah Disebut Mampu Menyembuhkan Kanker?

Kompas.com - 17/10/2018, 17:07 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kanker atau tumor ganas adalah pertumbuhan sel atau jaringan yang tidak terkendali, terus tumbuh dan bertambah, serta immortal atau tidak dapat mati. Sel kanker sendiri dapat menyusup ke jaringan sekitar dan dapat membentuk persebaran di dalam tubuh kita.

Pada kasus yang sudah menderita kanker, banyak di antaranya melakukan teknik-teknik pengobatan alternatif, seperti pergi ke ‘orang pintar’ atau menggunakan pengobatan herbal. Beberapa pihak percaya bahwa hal ini efektif untuk menyembuhkan banyak penyakit berat, seperti kanker.

Dikutip dari Hello Sehat yang melansir Cancer Research di Inggris tahun lalu, 6 dari 10 orang melakukan pengobatan herbal dalam melawan kanker.

Beberapa tanaman herbal, seperti daun sirsak, bawang putih, dan buah bit, dipercaya dapat menyembuhkan atau membunuh sel kanker. Namun pada kenyataannya, pengobatan herbal ini hanya sebagai terapi pendukung dan upaya promotif dalam menjaga kesehatan tubuh.

Baca juga: Obat Herbal, Bisakah Jadi Solusi Pengobatan Kanker?

Kepercayaan yang tidak dilandasi oleh riset ilmiah inilah yang disebut sebagai pseudosains. 

“Harusnya kita melakukan metode ini secara ilmiah kalau tidak, kita enggak bisa katakan itu benar dapat menyembuhkan,"  jelas dr. Mururul Aisyiya, dokter spesialis anak dari RS Dharmais.

"Kalau saya bisa melakukan terapi (herbal) hasilnya sama dengan tindakan medis, itu bisa diproduksi ulang kembali untuk pengobatan. Kalau tidak, tidak bisa kita katakan itu efektif dan bisa diulang kembali,” tambahnya.

Larinya banyak orang dari pengobatan medis dan memilih herbal, menurut dokter yang akrab disapa Aisyi ini, adalah akibat dari anggapan bahwa efek samping obat medis berbahaya. Padahal, pengobatan herbal pun tentu ada efek sampingnya, hanya saja sampai saat ini belum dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap herbal.

Sebenarnya, herbal juga belum dapat dipastikan tidak dapat menyembuhkan penyakit. Hanya saja, beberapa herbal yang tersebar di pasaran belum dilakukan uji klinis yang sebenarnya. Padahal, uji klinis adalah tanda sahihnya herbal untuk dikatakan dapat menyembuhkan suatu penyakit.

Baca juga: Penemuan Obat Baru Terganjal Bahan Baku, Tanaman Herbal Jadi Solusi

Untuk melakukan uji klinis, ada empat fase yang harus ditempuh herbal, yaitu fase pertama di mana obat diujikan pada manusia untuk mengetahui dosis tunggal yang tepat bagi manusia.

Kemudian, fase kedua obat akan diuji pada 100-200 orang penderita untuk melihat apakah efek farmakologis yang ada pada fase satu efektif untuk pengobatan atau tidak.

Lalu, fase ketiga, obat diuji pada 500 penderita yang bertujuan untuk memastikan obat memiliki khasiat yang tepat untuk menyembuhkan suatu penyakit.

Terakhir, adalah peninjauan terhadap obat yang sudah dilepas di pasaran.

“Kalau sudah dilakukan uji klinis, artinya itu sudah jadi obat. Bukan herbal lagi, tapi sudah jadi obat. Jadi jangan dibalik pola pikirnya kalau obat menghasilkan efek samping dan herbal enggak. Herbal belum diketahui saja efek sampingnya karena belum ada uji klinis,” jelas Aisyi dalam jumpa pers terkait kanker anak, Selasa (16/10/2018), di Kementerian Kesehatan.

Ia pun tidak memungkiri bahwa pada saat ini, sudah ada tanaman herbal yang dipercaya secara ilmiah dapat mengobat penyakit kanker. Herbal ini berasal dari tanaman tapak dara, di mana pada daun bunganya mengandung alkaloid seperti vinkristin dan vinblastine yang mampu mencegah dan menumpas sel kanker.

“Sudah melewati beberapa fase dan sudah establish dia masuk dalam obat. Jadi medis itu bukan anti herbal, hanya saja dia harus ilmiah,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau