Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Sih HIV/AIDS Susah Banget untuk Disembuhkan?

Kompas.com - 01/12/2018, 19:06 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com — “Kenapa sih HIV/AIDS susah banget untuk disembuhkan?” Mungkin begitu pertanyaan Anda setelah membaca perjalanan panjang manusia memerangi HIV/AIDS. Walaupun 37 tahun telah berlalu sejak penyakit ini pertama dideteksi pada manusia, HIV/AIDS baru bisa dikendalikan, bukan disembuhkan.

Pertanyaan tersebut juga pernah dibahas dalam animasi yang merupakan hasil kerja sama Science of HIV dengan Ted-Ed. Untuk mendapatkan jawabannya, ternyata Anda perlu mengerti terlebih dahulu bagaimana HIV menyerang manusia dan berubah menjadi AIDS.

Ketika masuk dalam tubuh, HIV atau virus yang menyebabkan AIDS secara khusus menarget sel T pembantu yang disebut CD4+ T. Sebagai retrovirus, HIV mampu menuliskan kode genetiknya ke dalam sel T pembantu dan menggandakan diri. Dalam proses ini, sel T pembantu yang memiliki peran penting dalam melindungi tubuh dari infeksi bakteri dan jamur menjadi rusak.

Reaksi yang dialami pada tahap awal ini menyerupai flu, seperti demam, sakit tengorokan, pegal linu, dan ruam.

Baca juga: Momen-momen Terpenting dalam 37 Tahun Manusia Memerangi HIV/AIDS

Setelah tingkat virus dan sel T pembantu menjadi stabil, orang yang positif HIV mungkin tidak akan menunjukkan gejala apa-apa selama beberapa bulan atau beberapa tahun mendatang. Akan tetapi, bukan berarti virus HIV diam saja. Selama periode tersebut, HIV terus menggandakan diri dan menghancurkan sel T pembantu.

Ketika sel T pembantu menjadi terlalu sedikit, pasien berisiko mengalami infeksi serius yang mungkin bisa dilawan bila sistem kekebalan tubuhnya normal. Tahap ini disebut dengan AIDS.

Pada saat ini, kita sebetulnya telah memiliki terapi antiretroviral yang efektif mencegah HIV berubah menjadi AIDS. Salah satu obat yang paling sering diresepkan bagi pasien positif HIV, misalnya, mencegah genom virus menggandakan diri dan menginfeksi DNA sel. Lalu, ada juga obat yang mencegah virus matang atau menyatu dengan sel sehingga HIV tidak bisa menginfeksi sel baru.

Menggunakan terapi ini, orang-orang yang positif HIV bisa hidup lama dan sehat jika mereka rutin mengonsumsinya seumur hidup.

Sayangnya, terapi antiretroviral belum dapat menyembuhkan HIV karena virus ini bisa menyembunyikan instruksi selama bertahun-tahun di bagian sel yang tidak terjangkau oleh obat, yaitu di dalam DNA sel T pembantu yang sehat.

Baca juga: Seabad Jadi Momok Dunia, Ahli Temukan Akar Penyebaran HIV

Kebanyakan sel T pembantu yang sudah terinfeksi memang akan mati dengan sendirinya, tetapi sejumlah kecil ditemukan bisa hidup untuk waktu yang sangat-sangat lama di dalam tubuh. Ketika terapi antiretroviral dihentikan, DNA virus ini bisa menjadi aktif kembali dan memproduksi virus baru.

Meski demikian, bukan berarti tidak ada harapan sama sekali untuk menyembuhkan HIV/AIDS.

Pada tahun 2008, seorang pria dinyatakan sembuh dari HIV/AIDS. Pria yang dijuluki “Pasien Berlin” tersebut adalah satu-satunya dalam sejarah kita melawan HIV/AIDS. Walaupun penyebab kesembuhannya belum diketahui secara pasti, fenomena ini cukup untuk mengobarkan semangat para peneliti dalam mencari obat atau terapi yang benar-benar bisa menghilangkan virus HIV dari tubuh pasien.

Salah satu pendekatan yang diambil oleh para peneliti adalah mencari cara untuk mengaktifkan sel yang menyembunyikan DNA virus. Dengan demikian, sel tersebut akan hancur dengan sendirinya atau mengungkapkan keberadaanya agar bisa ditarget oleh obat antiretroviral.

Para peneliti juga sedang menyelidiki penggunaan gunting genetik untuk memotong DNA virus sepenuhnya dari DNA sel.

Anda bisa menyaksikan video animasi hasil kerjasama Science of HIV dengan Ted-Ed di bawah ini:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau