KOMPAS.com - Human Immunodeficiency Virus (HIV) mungkin menjadi momok yang hidup di masyarakat hingga saat ini. Bukan hanya saat ini, HIV telah menjadi mimpi buruk yang menyelimuti dunia sejak 1920-an.
Mungkin kita pernah bertanya-tanya, sebenarnya dari mana virus mematikan ini berasal.
Menurut sejumlah ahli dari Universitas Oxford, Inggris, mereka menemukan bahwa HIV berasal dari Kinshasa, ibu kota Republik Demokratik Kongo. Virus ini diduga kuat mulai menyebar dari daerah tersebut sejak 1920-an.
Dalam pemberitaan Science Alert, Kamis (1/11/2018), para ahli mengungkap penyebaran virus ini dibantu oleh kereta api dan pekerja seks, terutama ketika banyak kaum muda datang ke wilayah itu untuk mengadu nasib.
Baca juga: Kasus Langka, Bayi Baru Lahir Terinfeksi HIV dari Cacar Air Sang Ayah
Semakin banyak manusia melakukan perjalanan, virus ini juga memiliki peluang untuk melebarkan sayap hingga akhirnya menjadi pandemi seperti saat ini.
Kelompok HIV-1 M, jenis HIV yang berasal dari koloni bertanggung jawab pada sekitar 90 persen dari semua infeksi. Sementara HIV-1 O, tipe lain dari HIV dipercaya masih terkurung di Afrika Barat.
"Faktor ekologi dan bukan evolusi mendorong penyebaran HIV dengan cepat," kata Nuno Faria dari Universitas Oxford, Inggris, dalam wawancara dengan BBC.
Faria dan koleganya memastikan hal tersebut setelah membuat pohon keluarga HIV dengan melihat genom HIV yang dikumpulkan dari 800 orang Afrika Tengah terinfeksi.
Khususnya, mereka membandingkan dua urutan genom dan menghitung perbedaan di dalamnya. Dengan cara ini tim dapat mencari tahu dua keturunan terkahir dari nenek moyang yang sama.
Pada akhirnya, Faria menyimpulkan bahwa genom HIV berasal dari nenek moyang yang sama dan usianya tidak lebih dari 100 tahun lalu.
Hal inilah yang menguatkan dugaan Faria bahwa HIV mulai berkembang sekitar 1920 dan berasal dari Kinshasa yang sekarang menjadi ibu kota Republik Demokratik Kongo.
Baca juga: HIV/AIDS Bukan Akhir dari Segalanya, Tesa Sudah Membuktikannya
Meski sudah mengetahui akar virus HIV, hingga saat ini tim Faria masih melakukan tes genetik untuk membantu mengidentifikasi titik-titik intervensi kesehatan masyarakat yang dapat membantu mengurangi penyebaran infeksi.
"Meski kita tahu dari mana asalnya, kita juga harus tahu di mana hal ini akan berakhir," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.