Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Rekomendasi PVMBG Terkait Gerakan Tanah di Bandung Barat

Kompas.com - 14/11/2018, 19:08 WIB
Agie Permadi,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Pergerakan tanah yang terjadi di lahan pertanian dan pemukiman warga di Kampung Cihantap, RT01,02,03 RW07 Desa Puncaksari Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat, telah merusak sedikitnya 48 rumah warga.  Dinding dan lantai rumah warga retak dan menganga.

Menurut Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), berdasarkan hasil kajian teknis di lapangan, gerakan tanah itu disebabkan oleh kemiringan lereng yang terjal, batuan penyusuan yang berupa batu lempung, dan tata guna lahan berupa sawah.

Dikombinasikan dengan intensitas hujan yang tinggi, alih fungsi lahan memicu pergeseran tipe rayapan. 

Menanggapi hal itu, Staff Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Timur PVMBG Widya yang juga menjadi kepala tim yang diterjunkan ke lokasi, merekomendasikan adanya penutupan retakan di atas bukit dan menghimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaannya pada saat musim penghujan.

Baca juga: Tanggapan Lengkap PVMBG soal Isu Erupsi Gunung Salak

"Menutup retakan di atas bukit dengan tanah dan dipadatkan," kata Widya melalui pesan singkatnya, Rabu (14/11/2018).

Selain itu, PVMBG juga merekomendasikan adanya perubahan dari pertanian basah atau sawah menjadi pertanian kering.

"Mengubah lahan pertanian basah atau sawah yang di atas lereng menjadi pertanian kering seperti palawija dan menanami tanaman akar keras dibagian atas lereng," katanya.

Seperti diketahui, pergerakan tanah yang terjadi di Kampung Cihantap, RT01,02,03 RW07 Desa Puncaksari Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat ini akibat pengalihan fungsi lahan dan kemiringan.

Baca juga: Gempa Hari Ini: 11 Kali Terjadi, yang Terbesar di Timika

Menurut Widya, sawah yang ada di atas tebing memiliki kemiringan 70 derajat. Sementara itu, pemukiman berada pada kemiringan 15-20 derajat.

"Pemukiman retak karena tertarik oleh longsor yang ada di tebing," jelasnya.

Selain itu, lanjutnya, intensitas hujan juga mempengaruhi gerakan tanah tersebut. Namun utamanya, gerakan tanah ini terjadi karena alih fungsi lahan di atas tebing.

"Karena alih fungsi lahan pada atas tebing, yang duluinya tanaman keras dibuat sawah. Jadi tanah tidak ada penahan saat hujan dan mudah bergerak," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau