Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1.500 Tahun Lalu, Orang Italia Cegah Kebangkitan "Vampir" dengan Batu

Kompas.com - 15/10/2018, 20:32 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Arkeolog dari Universitas Arizona, Universitas Stanford, dan arkeolog Italia mengumumkan temuan unik berupa batu berukuran cukup besar yang tampak sengaja dimasukkan ke dalam mulut seorang bocah.

Kerangka yang berasal dari abad kelima itu ditemukan di La Necropoli dei Bambini (dalam bahasa italia), atau Pemakaman Bayi.

La Necropoli dei Bambini merupakan situs pemakaman massal di Umbria, Italia Tengah. Area ini diyakini sengaja dibuat untuk korban wabah malaria yang pernah melanda kawasan tersebut sekitar tahun 450.

"Saya belum pernah melihat yang seperti ini. Ini sangat menakutkan dan aneh. Secara lokal, mereka menyebutnya Vampire of Lugnano,” kata David Soren, profesor di Departemen Antropologi dan Departemen Studi Agama Klasik, Universitas Arizona, yang telah mempelajari tentang hal ini sejak 1987.

Baca juga: Wewe Gombel dan Hantu-hantu Tak Terkenal dari Jagat Lelembut Indonesia

Dilansir IFL Science, Jumat (12/10/2018), kerangka unik yang baru saja ditemukan tim arkeolog diprediksi berusia 10 tahun, namun belum jelas diketahui jenis kelaminnya.

Selain bocah berusia 10 tahun, tim Soren yakin bahwa pemakaman ini juga digunakan untuk mengubur anak-anak yang usianya lebih tua dan juga balita.

Dalam penggalian sebelumnya, para arkeolog menemukan lebih dari 50 sisa kerangka bayi, balita, dan janin yang belum lahir.

Selain batu di dalam rongga mulut yang dipercaya mencegah aktivitas jahat ke luar dari dalam kubur, tim juga menemukan banyak benda lain seperti cakar gagak, tulang katak, kuali perunggu yang penuh dengan abu, dan anak anjing yang dikorbankan di dalam kuburan.

Oleh bangsa Romawi, benda-benda tersebut sering dikaitkan dengan sihir. Ini artinya, ada indikasi bahwa masyarakat setempat di masa lalu sangat kental dan dekat dengan budaya sihir.

"Kami tahu bahwa orang-orang Romawi sangat peduli dengan hal ini dan bahkan akan menggunakan sihir untuk menjaga setan atau apapun yang mencemari keluar dari tubuh," ujar Soren.

Soren mengatakan, batu yang secara sengaja dimasukkan ke dalam rongga mulut merupakan bukti pertama yang ditemukan.

Meski begitu, kepercayaan memasukkan batu ke dalam mulut orang mati sudah tersebar luas di seluruh Eropa. Ini merupakan hasil dari ketakutan tentang kematian yang dapat bangkit kembali dan membawa penyakit atau malapetaka bagi yang hidup.

Baca juga: Menalar Hantu, Mungkinkah Mereka Dibuktikan secara Ilmiah?

Mitologi vampir yang identik dengan minum darah korbannya, sebenarnya tidak muncul sampai pada tahun 1700-an. Lantas mengapa jasad yang berasal dari abad ke 5 dapat disebut sebagai pemakaman vampire?

Menurut Soren, budaya di seluruh Abad Pertengahan Eropa percaya pada kemungkinan bahwa orang yang baru saja meninggal bisa mendatangkan malapetaka sebagai semacam vampir atau makhluk yang bangkit dari kematian.

Para arkeolog akan kembali ke Lugnano musim panas mendatang untuk menyelesaikan penggalian kuburan dan belajar lebih banyak tentang masa kelam dalam sejarah.

"Kapan saja Anda melihat suatu penguburan, adalah hal yang penting karena upacara ini memberikan jendela ke bagaimana pikiran kuno bekerja. Kami memiliki pepatah dalam bioarchaeology: 'Orang mati tidak mengubur diri mereka sendiri.' Kita bisa tahu banyak tentang kepercayaan dan harapan orang dan dengan bagaimana mereka memperlakukan orang mati," ujar Jordan Wilson, seorang mahasiswa doktoral antropologi dari Universitas Arizona yang menganalisis sisa-sisa kerangka di Italia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com