KOMPAS.com – Seperti yang kita ketahui, beberapa area di otak mengelola perasaan lapar dan pengeluaran energi. Hipotesis yang diterima secara umum adalah bahwa sel-sel sensorik dalam usus mengeluarkan hormon-hormon tertentu yang berinteraksi dengan bagian-bagian otak.
Lebih lanjut, anggapan yang tersebar di masyarakat adalah bahwa cara usus dan otak berkomunikasi tidak seperti indera lain. Usus dan otak dikira berkomunikasi secara tidak langsung dan lambat.
Namun, penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti dari Duke University menunjukkan bahwa jalur komunikasi antara usus dan otak itu lebih cepat dan melalui jalur langsung.
Penelitian yang dimulai pada tahun 2015 dan diterbitkan dalam Journal of Clinical Investigation menunjukkan bahwa sel-sel usus mengandung ujung saraf atau sinapsis, yang menandakan bahwa sel-sel tersebut mungkin memasuki semacam sirkuit neural untuk masuk ke otak.
Baca juga: Bagaimana Hangover Setelah Mabuk Berat Memengaruhi Otak Kita?
Dalam studi ini, tim peneliti memulai dengan pemetaan jalur tersebut dengan menggunakan tikus. Maya Kaelberer salah satu peneliti dalam studi ini memasukkan virus rabies yang sudah diberikan zat yang menyala warna hijau ke dalam perut tikus.
Ia melihat bahwa virus tersebut melabeli saraf vagus sebelum mendarat di batang otak. Hal ini menunjukkan adanya jalur langsung yang menuju otak. Selanjutnya, Kaelberer menciptakan kembali jalur neural antara usus dan otak dengan menumbuhkan sel-sel sensori usus yang sama di dalam sebuah wadah dengan neuron vagal.
Kaelberer melihat neuron berjalan di sepanjang jalur untuk terhubung ke sel-sel usus dan mulai memancarkan sinyal. Ketika tim peneliti menambahkan gula ke dalam campuran, tingkat pemancaran sinyal meningkat.
Hasilnya, mereka terkejut ketika melihat bagaimana sinyal hanya membutuhkan waktu di bawah 100 milidetik untuk berpindah dari usus ke otak. Ini lebih cepat daripada kedipan mata.
"Para ilmuwan berbicara tentang nafsu makan dalam hitungan menit hingga jam. Di sini kita berbicara tentang detik. Hal ini memiliki implikasi mendalam bagi pemahaman kita tentang nafsu makan,” kata penulis senior Diego Bohorquez, asisten profesor fakultas kedokteran dari universitas yang sama.
Baca juga: Sepertiga Bagian Otak Hilang, Bocah Ini Tetap Tumbuh Normal
"Banyak obat penekan nafsu makan yang telah dikembangkan menargetkan pada perlambatan hormon, bukan sinaps yang bergerak cepat," tambah Bohorquez seperti yang dilansir dari Science Alert, Sabtu (22/09/2018).
Bohorquez menduga otak memiliki cara tersendiri untuk menerima isyarat dari usus sehingga membuat penerimaan ini lebih cepat. Dia memperhatikan bahwa sel-sel sensorik yang melapisi usus memiliki kemiripan yang sama dengan lidah dan hidung.
Bohorquez mengindikasikan bahwa struktur dan fungsi jalur ini akan sama pada manusia.
"Kami pikir temuan ini akan menjadi dasar biologis dari indera baru. Ini membawa legitimasi untuk gagasan 'perasaan usus’ sebagai indera keenam," katanya
Di masa depan, Bohorquez dan timnya tertarik untuk mengetahui bagaimana indera perasa baru ini dapat membedakan jenis nutrisi dan nilai kalori dari makanan yang kita makan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.