Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Infertilitas Dialami 3 dari 200 Wanita, Haruskah Bayi Tabung?

Kompas.com - 31/08/2018, 17:00 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.comInfertilitas atau ketidakmampuan dalam memiliki keturunan bisa dialami oleh pria, wanita, ataupun keduanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menangani masalah ini adalah dengan program bayi tabung.

Hal itu disampaikan oleh Perhimpunan Fertilisasi In Vitro di Indonesia (Perfitri) dalam acara bertajuk Memahami Proses Bayi Tabung Sebagai Pilihan Terapi Masalah Kesuburan di Jakarta, Kamis (30/08/2018).

Menurut data Perfitri, 15 persen wanita Indonesia atau sekitar enam juta orang mengalami masalah reproduksi. Sebanyak 12-22 persen di antaranya, dengan rentang usia 20-35 tahun, mengalami masalah terkait infertilitas.

Singkat kata, 3-5 dari 200 wanita Indonesia punya masalah infertilitas dan sedang dalam usia aktif reproduksi (20-35 tahun). Mereka inilah yang membutuhkan konsultasi ke dokter.

Baca juga: Bayi Tabung, Membuka Peluang Kehamilan Pasangan dengan Infertilitas

"Di Indonesia, program bayi tabung sudah ada sejak 1988 dan telah teruji keberhasilan serta keamanannya. Berdasarkan data PERFITRI REGISTRY 2017, program bayi tabung memiliki tingkat keberhasilan mencapai 29 persen. Hal ini setara dengan data Internasional, di mana rata-rata keberhasilan pregnancy rate sebesar 25-30 persen," jelas dr. Budi Wiweko, SpOG(K), selaku Presiden Perfitri.

Iko, panggilan akrab Budi Wiweko menambahkan, bayi yang lahir dari proses bayi tabung memiliki kesehatan sama seperti bayi pada kehamilan alami.

Program bayi tabung erat kaitannya dengan peningkatan sel telur pada wanita dan perbaikan kualitas sperma pada pria. Biasanya, infertilitas pada wanita disebabkan kuantitas sel telurnya tidak terlalu banyak, sehingga menyebabkan kemungkinan untuk hamil berkurang.

"Proses stimulasi ovarium untuk memancing telur dipermudah dengan obat-obatan. Sekarang pengobatan dilakukan dengan suntikan yang diberikan setiap hari agar bisa mendapatkan 10 sampai 12 sel telur. Proses ini dilakukan selama 8 sampai 12 hari dimulai dua hari setelah menstruasi," jelas dr. Ivan Sini, SpOG.

Ivan menambahkan, tidak semua pasien yang konsultasi pada ahli bayi tabung akan disarankan melakukan program tersebut.

Sebelumnya dokter akan mengevaluasi pasien dan menentukan apakah program bayi tabung diperlukan atau tidak.

"Jangan dikira konsultasi ke praktek bayi tabung artinya anda pasti akan menjalankan proses bayi tabung. Itu salah. Anda perlu dianalisis dulu sebelumnya, perlu atau tidak melakukan program bayi tabung," kata Ivan.

"Biasanya pasien yang mengalami masalah sperma berat (sedikit), kista, saluran tuba mampet (disarankan untuk melakukan bayi tabung),” imbuhnya.

Baca juga: Pasangan Tak Kunjung Punya Anak? Kenali Penyebabnya

Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam keberhasilan program bayi tabung adalah usia. Semakin dini proses bayi tabung dilakukan maka probabilitas memiliki keturunan akan semakin besar.

"Tingkat keberhasilan program bayi tabung dapat mencapai hingga 40 persen apabila dilakukan di bawah usia 35 tahun. Wanita yang lebih muda biasanya memiliki (sel) telur yang lebih sehat dan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi, dan akan semakin rentan (hamil) di atas usia tersebut," tutur Iko.

Teknologi bayi tabung saat ini telah berkembang pesat dan Indonesia diakui dunia sebagai salah satu kontributor yang penting tidak hanya dari jumlah populasi tetapi dari sisi ilmiah dan teknologi. Sayangnya, masih banyak warga yang melakukan program ini dengan pergi keluar negeri.

Padahal menurut Ivan Sini, tidak ada perbedaan baik dari segi evaluasi dan tindakan antara ahli bayi tabung di luar negeri dan di Indonesia. Justru menyelesakan masalah di luar negeri, akan menghabiskan waktu dan uang bagi pasien.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau