KOMPAS.com - Setelah menikah, salah satu harapan suami istri adalah segera mendapat momongan. Namun ada kalanya hal ini tidak berjalan sesuai rencana, salah satunya karena pasangan atau salah satu dari pasangan mengalami infertilitas, yakni ketidakmampuan dalam memiliki keturunan.
Sayangnya, wanita sebagai pihak yang mengandung lebih sering disalahkan saat tidak bisa memberikan keturunan.
Padahal faktanya, masalah kesuburan melibatkan kedua belah pihak dan infertilitas juga dapat dialami oleh pria atau justru keduanya.
Menurut data Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia (Perfitri) tahun 2017, pria yang mengalami infertilitas ada 1.712 orang, sedangkan wanita 2.055 orang.
Baca juga: Kok Bisa Antibodi Istri Sebabkan Infertilitas Tak Terjelaskan?
Meski infertilitas lebih banyak dialami wanita, tapi data tersebut menunjukkan pria juga berpeluang besar dalam ketidakmampuan memiliki keturunan.
"Infertilitas adalah masalah pasangan yang tentu harus dihadapi secara kolektif baik laki-laki dan perempuan," ungkap dr. Ivan Sini, SpOG, Sekretaris Jenderal dari Perfitri dalam acara Media Briefing dengan tema Bayi Tabung, Kamis (30/08/2018) di Jakarta.
Menurut Ivan, ada beberapa faktor yang membuat pria dan wanita mengalami infertilitas.
"Pada wanita, penyebabnya dapat berupa gangguan ovulasi, endometriosis, dan sumbatan pada saluran telur. Sedangkan pada pria, kualitas dan kuantitas sperma bisa sangat rendah karena disebabkan oleh kebiasaan merokok, olahraga yang salah, dan stres," jelasnya.
Umumnya, infertilitas pada perempuan disebabkan oleh adanya masalah pada sel telur (gangguan ovulasi), sedangkan endometriosis adalah kondisi di mana endometrium tumbuh di luar rahim.
Sementara itu, yang dimaksud olahraga yang salah untuk pria adalah olahraga yang membawa dampak buruk untuk kesuburan produksi sperma.
"Misalnya cycling, cycling yang puluhan hingga ratusan kilo meter, posisi olahraga ini tidak menguntungkan untuk buah zakar. Buah zakar ini yang memproduksi sperma dan sangat dipengaruhi oleh panas. Kalau dia (buah zakar) panas, produksi sperma akan berpengaruh atau materi genetik (penghasil sperma) menjadi rusak," imbuh dr. Budi Wiweko, selaku presiden Perfitri.
Presiden Perfitri yang akrab disapa dokter Iko itu berkata, kegiatan yang dapat menimbulkan panas di sekitar buah zakar tidak hanya cycling. Hal lain seperti kebiasaan sauna, menggunakan celana dalam terlalu ketat, dan menyimpan handphone di kantung celana juga dapat berdampak.
Baca juga: Bayi Tabung, Membuka Peluang Kehamilan Pasangan dengan Infertilitas
Selain faktor yang disebutkan di atas, usia juga berperan penting untuk mendapat keturunan.
Umumnya, pasangan yang tak kunjung memiliki keturunan setelah beberapa tahun menikah, lebih memilih menjajal pengobatan alternatif terlebih dahulu dibanding memastikan secara medis. Tindakan seperti ini sebenarnya justru membuang waktu dan membuat makin sulit hamil.
"Ada banyak kasus saat suami istri tak punya anak, mencoba cara-cara yang tidak medis. Sudah menghabiskan 10 tahun (untuk pengobatan alternatif) baru kepikiran ke dokter. Ini salah. Bukan masalah biayanya, tapi usia kita yang dihabiskan," jelas Ivan.
Oleh sebab itu, Ivan menyarankan bagi pasangan yang sudah menikah lebih dari satu tahun dan terus melakukan program kehamilan secara rutin tapi masih belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan untuk segera berkonsultasi ke dokter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.