KOMPAS.com — Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman mengatakan, terjadinya dua gempa besar di Nusa Tenggara Barat dalam waktu hanya selang satu pekan diperkirakan bersumber dari satu bidang sesar yang sama.
"Itu satu sumber. Satu bidang sesar. Mungkin sebelahan," kata Danny Hilman, saat dihubungi Antara, Jakarta, Senin (6/8/2018).
Menurut dia, gempa bermagnitudo 7 pada Minggu (5/8/2018) terjadi karena ada satu bidang patahan dengan kemiringan 30 derajat bergerak dua hingga 3 meter. Lokasi sesar atau patahan itu sekitar 1 kilometer dari lepas pantai di Lombok Utara.
"Itu yang menyebabkan gempa," katanya.
Baca juga: 3 Faktor yang Membuat Gempa Lombok Sangat Merusak, Menurut BMKG
Ia menambahkan, gempa di Lombok yang terjadi sepekan lalu merupakan gempa pembuka. Sementara gempa pada Minggu (5/8/2018) sebagai gempa utama.
"Gempa sepekan lalu bisa dibilang gempa pembuka, ini (kemarin), gempa utamanya. Itu satu sumber. Lombok Utara," imbuhnya.
Sebelumnya, terjadi gempa berkekuatan 6,4 magnitudo mengguncang Lombok, Sumbawa, dan Bali pada Minggu (29/7/2018). Sebanyak 16 orang meninggal dunia di Lombok Utara, Lombok Timur, dan Gunung Rinjani yang mayoritas akibat tertimpa puing bangunan.
Selang sepekan, Lombok kembali diguncang gempa bermagnitudo 7 pada Minggu (5/8/2018).
Baca juga: BMKG: Lombok Memang Rawan Gempa
Data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut jumlah korban meninggal mencapai 91 orang, 209 luka-luka, ribuan rumah rusak, dan puluhan ribu orang mengungsi.
Korban meninggal kebanyakan karena tertimpa bangunan yang roboh karena gempa. Namun, ada pula yang meninggal setelah terjatuh dan mengalami stroke saat berlari menyelamatkan diri ketika gempa terjadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.