Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan yang Mengubah Dunia: Sedotan, Dulu Terbuat dari Emas

Kompas.com - 05/07/2018, 23:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu alat makan yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari kita adalah sedotan. Saat memesan minuman dingin di restoran maupun warung, kita selalu diberi sedotan.

Ini menunjukkan sedotan mudah kita temukan kapan pun dan di manapun.

Sedotan dianggap sebagai salah satu alat bantu untuk menyeruput minuman, terutama minuman dingin. Dengan benda ini, minuman dingin lebih mudah diminum karena tidak langsung mengenai gigi.

Saat ini, sedotan lekat dengan plastik. Itu karena memang bahan yang paling banyak digunakan adalah plastik.

Sayangnya, untuk alasan sanitasi dan kemudahan penggunaan, sedotan plastik ini dibuang begitu saja. Hal ini turut menyumbang sampah plastik di dunia.

Namun, siapa sangka, sebenarnya sedotan mulanya tidak terbuat dari plastik.

Dari Emas

Bahkan, sedotan adalah salah satu alat makan tertua di dunia. Ya, sedotan paling awal diciptakan lebih dari 5.000 tahun lalu.

Sedotan pertama dibuat oleh orang Sumeria sekitar tahun 3000 sebelum masehi (SM).

Hal ini dibuktikan dengan penemuan artefak sedotan yang terbuat dari emas berlapis batu mulia lazuli.

Menurut para arkeolog, ini memberi bukti bahwa desain yang lebih sederhana digunakan jauh lebih awal dari itu.

Baca juga: Alasan Inggris Raya Akan Larang Sedotan Plastik dan Korek Kuping

Kemungkinan sedotan yang lebih awal terbuat dari kayu berukir atau tanaman berongga alami.

Para arkeolog menyebut, bangsa Sumeria menggunakan sedotan awal ini digunakan untuk minum bir. Penggunaan sedotan ini agar endapan dalam bir tidak ikut terminum.

Berbahan Kayu

Di Argentina, sedotan juga telah digunakan selama ribuan tahun. Mulanya, orang Argentina menggunakan desain kayu sederhana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com