Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerutan di Sekitar Mata Ternyata Cerminan Perasaan Kita

Kompas.com - 13/06/2018, 17:33 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Newsweek

KOMPAS.com - Menurut sebuah penelitian, kerutan yang muncul di sekitar mata adalah sebuah bahasa yang dapat menyiratkan berbagai perasaan.

Dikenal sebagai Duchenne marker, kerutan di sekitar mata muncul di banyak ekspresi wajah, mulai rasa sakit hingga bahagia.

Profesor Daniel Messinger, psikolog dari Universitas Miami yang memimpin penelitian mengatakan, temuannya adalah yang pertama membuktikan bahwa ada bahasa tersembunyi dari ekspresi wajah setiap orang.

"Temuan ini menunjukkan, kerutan di sekitar mata merupakan bahasa yang dapat mengisyaratkan ekspresi positif dan negatif," katanya dalam sebuah pernyataan dilansir Newsweek, Selasa (12/6/2018).

Baca juga: Pertama di Dunia, Peneliti Mencetak Kornea Mata Manusia

"Ini adalah temuan pertama yang membuktikan bahasa dalam ekspresi wajah sejak era Darwin," imbuhnya.

Untuk memahami bagaimana otak kita berkaitan dengan kerutan Duchenne sebagai ungkapan perasaan, peneliti menggunakan teknik yang disebut persaingan visual di mana masing-masing mata melihat gambar berbeda.

Ketika otak menangkap dua gambar berbeda, otak hanya akan fokus pada satu gambar yang paling menonjol atau penting untuk diproses.

Kedua gambar itu adalah potret wajah manusia yang dihiasi kerutan Duchenne dan tanpa Duchenne.

Sejumlah responden diminta untuk melihat gambar tersebut dan menilai gambar manakah yang paling menunjukkan perasaan tulus.

Hasilnya, responden mengatakan gambar dengan Duchenne lebih cenderung dikaitkan dengan perasaan senang dan sedih yang mendalam daripada wajah yang tidak memiliki Duchenne.

Dari hasil tersebut, profesor di Sekolah Kedokteran dan Kedokteran Gigi Schulich, Kanada Barat bernama Julio Martinez-Trujillo mengatakan kerutan di sekitar mata adalah sesuatu yang penting. Pasalnya, otak kita perlu memahami apakah seseorang tulus atau tidak saat terlibat dalam interaksi sosial.

"Kemudian saya penasaran apa hasilnya jika tes ini ditujukan bagi orang-orang dengan gangguan autisme. Mereka sering mengalami kesulitan untuk membaca emosi orang lain," imbuh Martinez-Trujillo.

Baca juga: Psikopat Ternyata Bisa Memahami Perasaan Orang Lain, Asal...

Laporan yang diterbitkan dalam jurnal Emotion, Senin (11/6/2018) ini menawarkan wawasan baru tentang mengapa wajah memberikan petunjuk saat kita merasakan emosi tertentu dan bagaimana hal itu memengaruhi cara kita memahami perasaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com