KOMPAS.com – Warga Minnesota, Amerika Serikat, punya misteri baru setelah sebuah foto mumi monyet diunggah ke laman Facebook Old Minnesota. Ceritanya, mumi monyet tersebut ditemukan di plafon department store Dayton ketika sedang dilakukan renovasi.
Berdasarkan foto di atas, monyet malang tersebut tampaknya sudah lama mati. Warnanya menguning dan tubuhnya mengering. Pada perutnya, ada bekas luka horizontal yang menganga.
Kondisinya yang menggenaskan tersebut membuat para pembaca Old Minneapolis mempertanyakan apa yang membunuh monyet tersebut, di samping dari mana monyet ini datang dan bagaimana ia bisa sampai ke plafon department store Dayton.
Merujuk pada iklan di koran kuno, beberapa pembaca meyakini bahwa monyet berasal dari sebuah toko hewan peliharaan yang pernah ada di Dayton pada tahun ‘50-an hingga ‘60-an.
Baca juga : Kisah Nyata dari Tanzania, Simpanse Suka Makan Otak Bayi Monyet
Dari situ, kisah monyet di plafon bercabang. Ada yang bilang bahwa monyet melarikan diri ke plafon melalui saluran angin dan terbunuh oleh kipas angin; sementara walikota Robbinsdale, Regan Murphy, menduga itu ulah ayahnya.
Melalui akun resminya di Twitter, Murphy bercerita bahwa pada tahun 60-an, ayahnya pernah mencuri monyet tersebut dari etalase Dayton. Ketika ketahuan oleh nenek Murphy, ayahnya terpaksa melepaskan monyet itu kembali di eskalator Dayton.
Mungkin, ujar Murphy, monyet tersebut berhasil melarikan diri ke saluran plafon.
Namun, itu hanya klaim Murphy. Hingga detik ini, masih banyak cerita-cerita baru tentang monyet tersebut yang bermunculan. Petugas gedung Dayton pun berusaha menyelidiki lebih lanjut untuk mencari tahu kisah sebenarnya dan menjawab misteri di atas.
Hanya ada satu yang sudah pasti: monyet tersebut berjenis Saimiri.
Baca juga : Hilangkan Stres, Monyet Jepang Suka Berendam Air Panas Seperti Manusia
Mary Blair, seorang ahli primata dan ketua riset keragaman hayati di American Museum of Natural History dengan cepat mendeduksi spesies monyet ketika diperlihatkan fotonya oleh Live Science.
Blair menjelaskan bahwa Saimiri kebanyakan tinggal di hutan hujan tropis Amerika Tengah dan Selatan. Hingga kini, mereka masih dianggap sebagai hewan eksotis dan seringkali menjadi korban perdagangan hewan ilegal.
Ukuran Saimiri yang hanya 30 sentimeter atau kurang membuat mereka mudah diselundupkan dan dijual dengan harga yang sangat murah. Iklan toko hewan Dayton yang diunggah pada laman Facebook Old Minneapolis bahkan menunjukkan Saimiri dijual dengan harga 18,88 dollar AS atau sekitar Rp 260.000 saja.
Sayangnya, harganya yang murah juga membuat Saimiri seringkali disia-siakan dan dibuang oleh pemiliknya. Dalam usaha untuk menanggulangi hal ini, sebuah suaka nonprofit Primarily Primates pun didirikan pada tahun '70-an untuk membantu Saimiri-Saimiri tersebut, di samping ditetapkannya larangan untuk mengimpor Saimiri ke AS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.