KOMPAS.com - Masyarakat Jepang punya kebiasaan berendam di kolam mata air panas. Kebiasaan ini ternyata tidak hanya dilakukan oleh manusia, tapi juga para monyet.
Monyet Jepang (Macaca fuscata) atau juga dikenal sebagai monyet salju juga punya kebiasaan mandi di mata air manusia. Hal ini diketahui oleh para peneliti selama beberapa dekade terakhir.
Monyet Jepang adalah spesies primata non-manusia yang tinggal di belahan bumi paling utara. Mereka harus beradaptasi untuk hidup di udara dingin.
Ini pula yang jadi alasan mengapa bulu mereka tumbuh lebih tebal dan panjang selama musim dingin.
Baca juga: Selain Manusia, Inovasi Primata Muda Juga Dibuktikan oleh Monyet Ini
Pada 1963, seekor monyet Jepang betina yang hidup di Taman Monyet Jigokudani, Nagano kedapatan mandi di sebuat pemandian air panas luar ruangan milik sebuah hotel.
Menurut para peneliti, monyet-monyet lain segera mengikuti perilaku ini. Akhirnya, sekelompok monyet berendam di kolam air panas tersebut.
Melihat hal ini, banyak orang yang enggan mengunakan kembali kolam itu. Pihak pengelolah hotel segera membangun sumber air panas baru untuk para monyet.
Pada 2003, sekitar sepertiga populasi monyet Jepang yang tinggal di taman tersebut mandi secara teratur di kolam air panas itu selama musim dingin. Bahkan, hal ini menjadi tontonan populer bagi para turis.
Meski telah diketahui sejak lama, baru kali ini peneliti mengetahui alasan para monyet itu berendam air panas.
Kebiasaan ini ternyata bukan hanya karena monyet-monyet itu kedinginan. Melainkan, kolam air panas menjadi sarana mereka memanjakan diri untuk menurunkan tingkat stres biologis.
"Ini menunjukkan bahwa, seperti pada manusia, berendam air panas memiliki efek mengurangi stres pada monyet salju," ungkap Rafaela Takeshita dari Kyoto University dikutip dari Live Science, Rabu (04/04/2018).
"Ini kebiasaan unik dari para monyet salju untuk berendam air panas yang menggambarkan bagaimana fleksibilitas perilaku bisa membantu mengatasi stres musim dingin," imbuhnya.
Baca juga: Monyet Betina Lebih Tertarik Pejantan Berhidung Besar
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Primate itu mulanya mengumpulkan data dari 12 monyet betina dewasa di taman tersebut antara bulan April dan Juni. Peneliti mengambil data tembali pada antara bulan Oktober hingga Desember.
Mereka melihat berapa banyak waktu yang dihabiskan monyet-monyet itu di sumber air panas. Selain itu, mereka menganalisis "glukokortikoid fecal" pada sampel feses monyet.
Glukokortikoid fecal sendiri adalah metabolit (zat metabolisme) yang terkait dengan tingkat strs biologis pada monyet.
Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa monyet salju betina lebih sering berendam air panas pada musim dingin dibanding musim semi.
Selain itu, mereka juga menemukan, tingkat glukokortikoid fecal
pada monyet tersebut lebih rendah selama minggu-minggu ketika mereka berendam air panas.
Apalagi, menurut temuan peneliti, monyet salju betina yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk berendam air panas adalah betina yang lebih dominan. Monyet-monyet ini biasanya terlibat konflik yang lebih agresif, menggunakan energi lebih banyak, dan punya tingkat stres yang lebih tinggi dibanding monyet berpangkat lebih rendah.
Para peneliti menyimpulkan, pemandian air panas adalah "tradisi oportunistik yang memberikan manfaat fisiologis bagi monyet."
Baca juga: Salah Paham soal Demam Kuning, Warga Rio Bunuh 200 Monyet
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.