Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Internet Ancam Populasi Singa dan Kawan-kawan, Kok Bisa?

Kompas.com - 13/04/2018, 12:11 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Newsweek


KOMPAS.com - Hewan-hewan seperti beruang kutub, harimau, gajah, singa, panda, macan tutul, jerapah, cheetah, serigala, dan gorila sangat populer di kalangan anak-anak hingga orang dewasa.

Aneka macam hewan tersebut dengan mudah dapat dilihat di televisi atau mainan. Sayangnya, hewan-hewan populer ini jumlahnya menurun drastis di dunia nyata.

Menurut penelitian yang dilakukan French National Research Institute yang terbit Kamis (12/4/2018) di PLOS Biology, kepopuleran hewan-hewan yang dianggap paling berkarismatik dari megafauna karismatik adalah salah satu pemicu kematian mereka.

Megafauna karismatik adalah hewan-hewan besar yang cenderung diperhatikan dan dipedulikan oleh manusia. Para peneliti mengidentifikasi hewan-hewan tersebut dengan mengumpulkan 5.422 tanggapan dari peserta yang berasal dari Perancis, Spanyol, dan Inggris.

Baca juga : Teori Darwin Terbukti, Spesies dengan Perbedaan Mencolok Rentan Punah

"Saya pikir orang-orang menyukai hewan besar dengan rambutnya yang tebal seperti panda dan beruang. Di sisi lain, ada semacam ketertarikan dengan hewan yang berbahaya itu," ujar Frank Courchamp, ahli ekologi dari Institut Penelitian Nasional Perancis, dilansir Newsweek, Kamis (12/4/2018).

Dari 10 hewan paling populer yang disebutkan di atas, sembilan di antaranya masuk dalam klasifikasi hewan terancam punah atau rentan punah.

Serigala abu-abu terancam punah di banyak wilayah, harimau memiliki populasi kurang dari tujuh persen dibanding sejarah populasinya, singa kurang dari delapan persen, gajah kurang dari 10 persen.

"Saat Anda melihat singa di internet, televisi, atau yang berupa mainan, ada kecenderungan Anda berpikir bahwa populasi singa di dunia nyata banyak. Ini adalah persepsi bias berdasarkan apa yang Anda lihat setiap hari," kata Ciurchamp.

Berdasarkan penelitian mereka, persepsi tersebut menimbulkan kepercayaan di masyarakat bahwa hewan-hewan buas yang sering dilihat itu tidak perlu dilindungi.

Baca juga : Tak Ada Kelahiran Tahun Ini, Paus Balin Terancam Punah?

Namun, hasil penelitian ini tidak langsung diiyakan oleh sebagian orang. Salah satunya Chris Palmer, direktur Pusat Pembuatan Film Lingkungan di Universitas Amerika, Washington D.C.

Ia berpendapat penulis semestinya memisahkan beberapa hal.

"Saya melihat mainan seperti jerapah, panda, singa, sangat berbeda dengan bidang yang saya kerjakan yakni film dokumenter satwa liar. Saya pikir, lewat film dokumenter satwa liat orang akan belajar tentang bagaimana populasi mereka di dunia nyata," kata Palmer kepada Newsweek.

Selain persepsi, studi ini juga menambahkan ada alasan lain yang membuat hewan paling berkarismatik terancam punah. Hal tersebut adalah perburuan yang dilakukan manusia.

"Ada satu hal yang dapat dilakukan media untuk menggambarkan hewan bagaimana kondisi mereka di dunia nyata. Salah satunya adalah memberi tahu masyarakat apa yang dapat mereka lakukan untuk membantu mencegah perburuan dan melindungi satwa liar," imbuh Palmer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau