KOMPAS.com - Satu hal yang kita tahu tentang semut, hewan kecil itu bisa berkomunikasi dengan kawanannya. Mereka dapat mengetahui di mana lokasi sumber makanan dari semut lain.
Komunikasi yang dilakukan antar semut muncul karena senyawa kimia dari dalam tubuhnya yang disebut pyrazine.
Jejak aroma dari pyrazine itulah yang memandu semut lain menuju sumber makanan atau kembali ke sarang.
Menariknya, senyawa kimia ini tidak dihasilkan oleh semut. Namun oleh mikroba lain yang tinggal di tubuh semut.
Baca juga : Akhir Tak Terduga dari Pertemuan Pemakan Semut Raksasa dengan Jaguar
Ahli biologi dari Universitas São Paulo, Brasil telah menemukan adanya bakteri Serratia marcescens hidup di usus semut dan terlibat dalam produksi aroma tersebut.
Bakteri S. marcescens tak hanya ditemukan dalam satu jenis semut, namun beberapa spesies semut daun yang ada di Amerika.
Bukti yang tidak sengaja ditemukan ini muncul ketika para peneliti mencari mikroba yang bisa membantu semut melindungi diri dari jamur parasit.
Untuk melakukan penelitian, mereka mengumpulkan bagian dari koloni semut termasuk ratunya. Mereka meletakkan koloni di laboratorium, mengisolasi bakteri di dalamnya dan menempatkan mereka di media pembiakan untuk dipelajari.
Dalam laporan yang terbit di jurnal Scientific Reports, Rabu (7/2/2018), penelitian yang dipimpin oleh Eduardo Afonso da Silva Junior justru menemukan bakteri S. marcescens memiliki bau mirip seperti yang dikeluarkan semut.
"Kami memutuskan untuk menyelidiki senyawa volatil (senyawa yang mudah menguap, red) yang dihasilkan bakteri ini dan menemukan kandungan senyawa pyrazine, di antaranya ada molekul yang tidak dijelaskan dalam literatur ilmiah," kata Pupo dilansir Science Alert, Rabu (11/4/2018).
"Kami menemukan pyrazine dan bakteri di kelenjar racun semut, namun kami tidak tahu pasti bagaimana keduanya bekerja. Mungkin mikroorganisme menghasilkan senyawa aromatik dan semut menyimpannya dalam kelenjar mereka," imbuhnya.
Senyawa pyrazine sebelumnya sudah ditemukan dalam berbagai spesies semut dan digunakan sebagai penanda arah.
Baca juga : Semut Matabele, Hewan Pertama yang Punya Klinik Kesehatan
Kini, tim Pupo berniat untuk memeriksa lebih banyak spesies semut untuk menentukan apakah mereka menemukan bakteri serupa. Mereka juga ingin mempelajari semut daun lebih mendalam untuk mempelajari mekanisme produksi pyrazine.
"Kami berencana menghilangkan bakteri dari semut dan mengamati apakah senyawa pyrazine tetap diproduksi," ujar Pupo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.