Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nyata Persahabatan Semut dan Pohon dari Panama

Kompas.com - 08/12/2017, 21:08 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

KOMPAS.com -– Simbiosis mutualisme sering terjadi di alam. Kali ini, kisah saling membutuhkan itu datang dari semut azteca dan pohon tropis cecropia.

Pohon cecropia memberi rumah bagi semut di dalam batang tanaman yang berongga. Ia juga menghasilkan makanan kaya karbohidrat putih untuk koloni semut azteca.

Sebagai gantinya, semut menawarkan perlindungan. Mereka menangkis perampokan dari semut pemotong daun, mengusir belalang, dan mengatasi ancaman yang jauh lebih besar, seperti burung pelatuk dan monyet.

Jika dedaunan rusak, isyarat kimiawi dari pohon memanggil semut untuk menyelidikinya. Semut azteca bahkan memangkas tanaman merambat yang tidak sesuai.

Kondisi itu ditangkap oleh Peter Marting, kandidat doktoral di Universitas Negeri Arizona, saat berada di sebuah hutan di Panama. Marting melihat kondisi daun di setiap pohon sangat bervariasi.

Baca juga : Gara-gara Jamur, Semut Bisa Berubah Menjadi Zombie

Marting pun ingin mengetahui apakah superorganisme atau koloni serangga memiliki kepribadaian secara konsisten. Pasalnya, perbedaan kepribadian akan berdampak pada kondisi kesehatan pohon.

Berdasarkan penelitian semua jenis binatang sebelumnya, dari primata hingga ikan, para ilmuwan menempatkan kepribadian hewan pada dua kutub yang berseberangan: pemberani dan pemalu. Beberapa indidivu akan bersikap agresif dan nyaman dengan risiko, sementara sisanya bersikap hati-hati dan pemalu.

Pada koloni serangga, seperti semut, mereka bergerak seperti organisme tunggal. Setiap anggota bekerja untuk menguntungkan kelompok, dengan begitu istilah “superorganisme” lahir. Penelitian sebelumnya menyebut koloni serangga memiliki kepribadian yang serupa dengan satu individu.

Untuk mengetahui jawabannya, Marting dan koleganya merekam setiap pergerakan semut. Mereka juga melakukan simulasi ancaman kepada pohon dengan empat belas koloni semut yang berbeda, melubangi daun, mengenalkan semut pemotong daun, dan mematuk pohon melalui robot pelatuk buatan.

Reaksinya pun beragam. Ketika robot mematuk satu pohon, 633 semut berjalan melintasi bagian pohon untuk mengusir burung pelatuk palsu. Sementara itu, pada pohon lain tak terlihat semut yang melintas.

Baca juga : Dilanda Badai Harvey, Semut Api Ciptakan Rakit dari Tubuh Sendiri

Dalam empat dari lima skenario simulasi ancaman, koloni yang berperilaku agresif mendapat sedikit kerusakan pada daun pohon. Sebaliknya, koloni yang jinak mendapatkan kerusakan daun pohon lebih banyak.

Namun, Marting belum mengetahui dengan pasti dari mana asal kepribadian superorganisme tersebut. Misalnya, apakah ciri fisik seperti ukuran, dan umur koloni bisa mempengaruhi kepribadian superorganisme.

Marting mengatakan, kemungkian penjelasannya disebabkan oleh genetika semut, kondisi lingkungan, dan ketersediaan sumber daya.

"Jika sebuah pohon memiliki pilihan dalam hal ini, pastilah pohon menginginkan salah satu koloni yang benar-benar agresif," kata Marting seperti dikutip Live Science pada Rabu (6/12/2017).

Hasil penelitian Marting dan koleganya telah dipublikasikan di jurnal Behavioral Ecology pada Selasa (5/12/2017).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau