Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/09/2017, 21:06 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -– Peningkatan aktivitas vulkanik yang terjadi di Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, Bali, ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya, telah ada empat erupsi yang terjadi di gunung dengan nama lain Piek Van Bali itu.

Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM, erupsi Gunung Agung dimulai pada tahun 1808. Aktivitasnya berupa lontaran abu dan batu apung dalam jumlah yang luar biasa.

Tak sampai dua windu, aktivitas Gunung Agung kembali meningkat. Erupsi tercatat pada tahun 1821. Sayangnya, tak banyak catatan terkait erupsi. Badan Geologi hanya mencatat terjadi erupsi normal.

(Baca juga: 9 Tanda Tekanan Magma ke Puncak Gunung Agung Kian Nyata dan Kuat)

22 tahun pun berselang, Gunung agung kembali aktif. Pada 1843, erupsi Gunung Agung diawali dengan gempa bumi. Material yang dimuntahkan gunung setinggi 3.014 meter di atas permukaan laut itu berupa abu, pasir, dan batu apung.

Semenjak itu, tak ada akvititas Gunung Agung yang membahayakan penduduk. Pada 1908, 1915, dan 1917, hanya terjadi fumarola (gas dan uap yang membumbung disertai suara) di berbagai tempat di dasar kawah dan pematang Gunung Agung.

Erupsi baru kembali terjadi pada 1963. Dengan demikian, terdapat jeda waktu 120 tahun dari erupsi sebelumnya. Kali tersebut, letusan ekplosif yang dikeluarkan Gunung Agung lebih berbahaya. Secara durasi, erupsi hampir menghabiskan waktu selama satu tahun, yakni dimulai pada 18 Februari 1963 dan berakhir hingga 27 Januari 1964.

Lava tercatat mengalir dari kawah utama ke utara, melewati tepi kawah yang paling rendah pada 19 Februari hingga 17 Maret 1963. Ketika berhenti pada ketinggian 505,64 meter, lava telah menempuh jarak sekitar 7.290 meter.

Pada erupsi kali ini, korban jiwa mencapai 1.148 orang dan 296 orang luka-luka. Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kemenerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika mengatakan, semakin lama waktu yang diperlukan dari erupsi sebelumnya, semakin besar erupsi yang terjadi.

Dengan meningkatnya status Gunung Agung menjadi level Awas, terdapat waktu 54 tahun dibandingkan erupsi sebelumnya. Gede berharap erupsi yang terjadi tak sebesar pada 1963.

“Kita mengharapkan ini setengah letusan yang kemarin. Tapi, kenyataanya gempa banyak benar. Jadi kita khawatir letusannya lebih dahsyat lagi. Enggak jauh beda, tapi lebih sedikit,” kata Gede saat dihubungi, Senin (25/9/2017).

Menurut Gede, warga telah dievakuasi. Warga dari sektor barat daya, selatan, tenggara, timur laut, utara dari Gunung Agung seluas 12 km telah dipindahkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau