KOMPAS.com -- 2018 menjadi salah satu tahun yang menarik dalam bisnis industri roket. Minggu (21/1/2018), Selandia Baru berhasil meluncurkan roket debutnya yang kini sudah mengorbit dan terpasang di satelit.
Meski masih peluncuran uji coba, peluncuran roket Elektron yang digawangi perusahaan komersil Rocket Lab berhasil membawa tiga satelit berukuran kecil. Tingginya hanya 17 meter dan bisa membawa beban hingga 225 kilogram ke orbit bumi yang rendah.
Setelah diluncurkan dari Semenanjung Mahia, di Pantai timur pulau utara Selandia Baru; ketiganya memiliki tugas untuk melacak perjalanan kapal, dan mengamati cuaca.
Dilansir dari New Scientist, Senin (22/1/2018), operasi komersial yang dilakukan oleh Rocket Lab tidak main-main.
Baca juga : Pertama Kali dalam Sejarah, Roket Daur Ulang Diluncurkan
Setelah pada Mei 2017 lalu peluncuran roket Elektronnya gagal karena hancur sebelum mencapai orbit, kini perusahaan yang berbasis di California itu berhasil membuktikan kemampuan mereka.
Ukuran roket Elektron yang mini memang disengaja oleh Rocket Lab. Hal itu untuk mensiasati peluncuran roket yang lebih murah dan tidak membutuhkan CubeSats yang dapat menghabiskan banyak biaya.
Selain itu, roket Elektron didesain hanya untuk membawa muatan yang ringan ke dalam ruang angkasa, sehingga untuk menerbangkan roket Elektron hanya dibutuhkan sekitar 4,9 juta dolar AS per penerbangan atau sekitar Rp 60 miliar. Hal ini jauh berbeda dengan roket ruang angkasa lainnya yang biayanya bisa mencapai lebih dari 60 juta dolar AS.
Setelah debut peluncurannya, Rocket Lab disebut sudah dipesan NASA dan Moon Express untuk memasang rover atau kendaraan ruang angkasa di bulan.
Baca juga : Demi Buktikan Bumi Datar, Pria Ini Akan Tunggangi Roket Buatannya
Diberitakan AP News, Senin (22/1/2018), CEO dan pendiri perusahaan Rocket Lab, Peter Beck berkata bahwa kesuksesan peluncuran roket buatan perusahaannya menandai dimulainya era baru dalam akses komersial ke luar angkasa.
Dia berharap perusahaannya dapat memanfaatkan pasar ruang angkasa yang sedang berkembang dengan membawa perangkat seukuran telepon pintar ke orbit.
"Satelit tersebut akan memberi banyak manfaat, mulai dari memantau tanaman hingga penyediaan layanan internet," ujar Beck.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.