Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anjing Serang Majikannya Hingga Tewas, Pakar Beri Penjelasan

Kompas.com - 21/12/2017, 19:02 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com -- Bagaimana bisa seorang wanita muda tewas mengenaskan di tengah hutan karena diserang anjing peliharaannya?

Petugas kepolisian dari Goochland County menemukan jasad Bethany Lynn Stephens (22) di tengah hutan dengan luka parah di sekujur tubuhnya. Dua ekor anjing milik Stephens tampak berada di dekat jasad majikannya tersebut.

Hasil penyelidikan kepolisian menyebutkan bahwa kedua anjing tersebut telah menyerang Stephens hingga tewas.

"Berdasarkan tanda gigitan, kedua anjing tersebut menyerang dan memakan tubuh Stephens," kata Jim Agnew, Sherrif Goochland County, dikutip dari LiveScience pada hari Rabu (20/12/2017).

Peristiwa tersebut mengundang perhatian para peneliti dan ahli untuk mengungkap penyebab hewan yang dikenal bersahabat dengan manusia, bisa menyerang dan menewaskan majikannya.

Baca Juga:Ingin Anjing Berhenti Merusak Sofa dan Sepatu? Pakar Jelaskan Caranya

Richard Polsky, pengamat perilaku hewan dari Los Angeles, mengaku sangat terkejut dengan kejadian tersebut.

"Ini adalah insiden yang sulit untuk dipahami, dan mengerikan. Tetapi kami tidak memiliki cukup informasi untuk memahami mengapa kedua anjing ini menyerang majikannya," kata Polsky.

Polsky menduga ada pemicu dari faktor luar yang menyebabkan anjing tiba-tiba menjadi liar dan ganas.

"Secara umum, anjing menjadi agresif karena dipicu faktor eksternal. Bisa jadi, saat anjing-anjing tersebut mengejar mangsa seekor kelinci atau tupai, Stephens mengganggunya, maka anjing tersebut bisa berbalik menyerang Stephens," kata Polsky.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ron Berman, seorang pakar gigitan anjing dan konsultan forensik bersertifikat. "Ada kemungkinan Stephens tidak memberi makanan cukup pada anjingnya, karena biasanya anjing tidak makan tubuh manusia setelah penyerangan terjadi, kecuali anjing tersebut kelaparan," katanya.

Berdasarkan informasi dari petugas kepolisian, anjing berjenis Pit Bull itu selama ini dipelihara oleh ayahnya dan jarang berinteraksi dengan Stephens.

Dari informasi tersebut, Polsky beranggapan bahwa Stephens mungkin tidak menyadari anjingnya sudah memiliki bibit permusuhan dengannya karena jarang berinteraksi, dan sayangnya korban tidak menyadari tanda-tanda tersebut.

Perkiraan Polsky ada sekitar 5 juta kasus gigitan anjing terjadi per tahun di Amerika. "Sekitar 30 sampai 40 orang meninggal setiap tahunnya akibat luka-luka mereka, dan sekitar 100.000 lainnya terluka cukup parah sehingga memerlukan operasi plastik atau penjahitan ekstensif," kata Polsky.

Serangan anjing paling fatal, menurut kepolisian, dilakukan anjing jenis Pit Bull. Namun, Polsky menekankan bahwa hal tersebut tidak berarti semua Pit Bull adalah anjing yang agresif.

"Memang, anjing jenis Pit Bull sering dilatih untuk pertarungan atau intimidasi dan membuat mereka memiliki sifat yang lebih agresif. Tetapi berdasarkan penelitian, anjing terrier Chihuahuas dan Jack Russell justru memiliki keturunan paling agresif, hanya saja ukuran dan keterbatasan fisiknya mencegah mereka membunuh orang," katanya.

Baca Juga: Kisah Cola, Anjing dengan Kaki Lempengan Pertama di Dunia

"Sayangnya, insiden serangan Stephens ini hanya memperkuat kepercayaan masyarakat bahwa semua Pit Bull berbahaya. Ini tidak adil, saya menemukan banyak anjing Pit Bull adalah anjing paling manis di dunia," tambahnya lagi.

Untuk itu Polsky memberikan beberapa saran untuk mengurangi risiko serangan anjing.

Pertama, mendidik anak-anak agar tidak berlari ke anjing yang tidak mereka kenal, karena sebagian besar korban serangan anjing adalah anak-anak, terutama laki-laki.

Kedua, jika ingin memiliki anjing jenis Pit Bull atau Rottweiler, pergi ke peternak anjing dengan reputasi yang baik dan telah berpengalaman membesarkan anjing mereka untuk berperilaku lebih sopan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com