KOMPAS.com — Selasa (21/11/2017) pukul 17.05 WITA, Gunung Agung yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali, mengeluarkan asap berwarna kelabu.
Kasubdit Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Wilayah Timur Devi Kamil, melalui layanan WhatsApp, mengatakan, asap yang membubung tersebut adalah asap letusan.
Meski berstatus Awas nyaris dua bulan, letusan Gunung Agung saat ini hanya berupa asap dan belerang. Ini membuat banyak orang bertanya-tanya, mengapa hal tersebut terjadi.
Dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon pada Selasa (21/11/2017), Surono, ahli vulkanologi, menyebutkan, hal tersebut berkaitan dengan gempa yang terjadi sebelum Gunung Agung meletus.
Baca Juga: Peneliti Temukan 91 Gunung Berapi Baru di Antartika
"Yang pasti, kalau ada gempa di gunung api itu gempanya di mana, kedalaman berapa, dan apa penyebabnya. Itu yang harus diketahui terlebih dahulu," ungkap Surono.
"Kalau sudah pasti kegempaan itu terkait dengan aktivitas magmatik, magma di kedalaman berapa, pergerakannya seperti apa bisa mendekati kepastian (letusan)," ujar pria yang akrab disapa Mbah Rono ini.
Ia juga mengungkapkan, tidak ada sesuatu yang sangat pasti dalam hal ini. Alam tidak bisa benar-benar diprediksi.
"Seolah-olah heboh mau letusan besar dan segala macam, tapi sebenarnya yang pasti betul gempanya seperti apa, di mana, dan mekanismenya bagaimana," ujarnya.
Menyoal aktivitas Gunung Agung sebelumnya yang tinggi, Surono mengatakan, memang terjadi gempa dengan frekuensi sering.
Namun, soal letusan freatik yang ditunjukkan Gunung Agung sore ini, ia mengatakan, hal itu menunjukkan adanya pemanasan air bawah permukaan. Air kemudian berubah menjadi uap yang membuat tekanan dan volume uap di dalam gunung meningkat yang menyebabkan letusan hanya berupa asap putih.
Letusan freatik ialah letusan yang dominan uap air dan biasanya ditunjukkan dengan asap berwarna putih.
Baca Juga: Kenapa Gunung Agung Tak Seaktif Merapi?
Hal itu berbeda dengan letusan magmatik yang ditunjukkan dengan asap berwarna hitam. Letusan magmatik biasanya mengeluarkan magma dan lava pijar dari dalam gunung.
Pertanyaannya kemudian, apakah akan ada letusan besar susulan di Gunung Agung?
Surono menjelaskan bahwa hal tersebut mungkin saja terjadi.
"Ya, kita lihat saja gempanya seperti apa ke depan. Gempa penyebabnya apa dan di mana," ungkapnya.
Ia juga menegaskan, saat ini yang bisa dilakukan adalah mengamati tanda-tanda aktivitas yang ditunjukkan Gunung Agung.
"Alam itu selalu menunjukkan tanda-tandanya, tinggal bagaimana kita peka dan capable membaca tanda-tanda alam," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.