KOMPAS.com – Gunung Agung di Karangasem, Bali telah ditetapkan berada dalam status “awas” karena peningkatan aktivitas.
Warga di sektor barat daya, selatan, tenggara, timur laut, dan utara seluas 12 Km telah diungsikan untuk menghindari korban jiwa.
Peningktan aktivitias ini terjadi setelah Gunung Agung tertidur dalam waktu lebih dari setengah abad.
Erupsi terakhirnya terjadi pada 18 Februari 1963 dan berakhir hingga 27 Januari 1964. Korban jiwa mencapai 1.148 orang dan 296 orang mengalami luka-luka.
Bila dibandingkan dengan gunung seperti Merapi, jeda erupsi gunung Agung cukup lama. Apa sebabnya?
Pakar vulkanologi Surono mengatakan, lamanya erupsi dipengaruhi oleh pengisian kantung magma.
Dalam kasus peningkatan aktivitas Gunung Agung, kantung magma yang terisi berbarengan dengan kantung magma Gunung Batur.
“Bisa terjadi kantung magma Gunung Agung itu bersamaan dengan Gunung Batur, kan berjejeran,” kata Surono saat dihubungi, Senin (25/9/2017).
Dengan kantung magma yang besar, waktu yang dibutuhkan untuk mengisinya memang cukup lama.
Baca Juga: 9 Tanda Tekanan Magma ke Puncak Gunung Agung Kian Nyata dan Kuat
Saat naik, magma lantas terbelah, menjadi dua, ke Gunung Agung dan Gunung Batur.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.