KOMPAS.com -- Seperti yang dilaporkan Kompas.com sebelumnya, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengumumkan bahwa mereka belum mampu mengirimkan manusia ke Mars karena kendala keuangan dan teknis.
Namun, kini para peneliti berkata bahwa ada masalah baru yang perlu diperhitungkan untuk mencapai planet merah tersebut, yakni kurangnya gravitasi.
Sebuah penelitian yang didanai oleh NASA dan diterbitkan melalui New England Journal of Medicine, Jumat (2/11/2017) menemukan bahwa tidak adanya gaya gravitasi dapat menyebabkan perubahan otak yang mengkhawatirkan.
Dalam penelitian ini, tim memeriksa otak peserta yang hanya berada di tempat tidur selama 90 hari dan diminta untuk terus memiringkan kepalanya dalam posisi ke bawah untuk menstimulasi efek mikro-gravitasi.
Baca juga: NASA Akui Tidak Mampu Kirim Manusia ke Planet Mars
Mereka juga memeriksa otak 18 astronot yang menghabiskan beberapa minggu di pesawat ulang-alik NASA dan membandingkannya dengan 16 astronot yang telah menghabiskan rata-rata tiga bulan di stasiun luar angkasa Internasional (ISS).
Hasil pemindaian otak menunjukkan adanya guncangan dan depresi di otak peserta yang selama 90 hari hanya ditempat tidur, 94 persen astronot ISS, dan 18 persen awak pesawat ulang-alik.
Menurut para peneliti, kondisi mikrogravitasi dapat menyebabkan otak astronot bergeser ke atas dan terjepit di bagian atas tengkorak sehingga menyebabkan tekanan pada daerah saraf yang vital.
Bagian otak yang paling terpengaruh adalah lobus frontal dan parietal. Padahal, keduanya berfungsi untuk mengendalikan gerakan tubuh dan fungsi eksekutif lainnya seperti perhatian, fokus, perencanaan, pengorganisasian, dan perincian.
Baca juga: NASA Rekrut Relawan yang Bisa Berbaring 30 Hari di Tempat Tidur
Kedua bagian tersebut juga merupakan daerah yang terkait dengan perilaku pro-sosial yang membantu orang untuk menghindari komentar menyakitkan atau tidak pantas.
Para peneliti yang berasal dari Medical University of South Carolina (MUSC) berkata bahwa mengukur dampak kerusakan otak dan mengetahui seberapa lama pengaruhnya setelah sebuah misi adalah pekerjaan yang mendesak.
Apalagi, saat ini sebuah perusahaan komersial tengan merencanakan penerbangan ke luar angkasa bagi warga sipil.
Dikutip dari Telegraph, Rabu (1/11/2017), Dr Michael Antonucci, dari Departemen Ilmu Radiologi MUSC, mengatakan, fungsi eksekutif yang terganggu dapat mempengaruhi kinerja astronot.
Baca juga: Terungkap, Planet Mars Ternyata Punya Ekor
"Setiap perubahan ke wilayah otak yang mengendalikan cara kita merasakan lingkungan dan kemampuan kita berinteraksi dengan orang lain menimbulkan sebuah kekhawatiran," lanjutnya.
Sebetulnya, ada beberapa obat yang dapat digunakan oleh pasien dengan tekanan yang meningkat di bumi. Akan tetapi, Antonucci berkata bahwa efeknya di lingkungan mikro-gravitasi masih belum diketahui.
Dia justru lebih mengusulkan untuk merancang pesawat antariksa dengan gravitasi buatan yang dapat meminimalkan perubahan otak akibat mikrogravitasi selama misi ke Mars yang bisa menghabiskan waktu selama tiga tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.